“Ibu saya 52 tahun, meninggal akibat kanker. Mau dikubur di bawah pohon, dia minta ‘Saya taruh (larung) ke laut saja. Kalo tidak di laut, bagaimana saya bisa kembali ke Indonesia dan bisa berjalan-jalan keliling menyaksikan orang yang sangat saya sayangi”
Demikian kenangan yang diingat Dr. Maya Soetoro, adik Barack Obama, untuk menggambarkan kecintaannya ibunya, (alm) Ann Dunhan, pada Indonesia. Bukan saja sang ibu, kata Maya, ia dan Obama selalu mengenang dan mengingat Indonesia sebagai negara yang pernah mereka singgahi. “Indonesia membayangi dan menginspirasi hidup saya,” kata Maya Soetoro saat menyampaikan kuliah umum ‘Pendidikan untuk Perdamaian’ di ruang balai senat, Selasa (11/6).
Meski tidak lama tinggal di Indonesia karena mengikuti ibunya yang tengah melakukan penelitian disertasi microfinance, Maya sering diajak menyaksikan berbagai atraksi dan pementasan budaya selama tinggal di Ngasem Yogyakarta. “Saya masih kecil sekitar umur 6 atau 7 tahun, tinggal di Ngasem. Saya diajak nonton wayang, menyaksikan gunungan di alun-alun, keraton, jalan-jalan ke taman sari,” kata adik tiri Obama ini.
Sejak kecil Maya sudah dikenalkan Ann Dunhan dengan pentingnya pemahaman keragaman agama dan budaya. Di kamar tidurnya, seingat Maya, terpampang beberapa simbol agama dan lambang dasar negara. “Di kamar saya ada Garuda, ada laksmi dan wisnu, ada miniatur mesjid,” katanya.
Pernah suatu ketika, Maya kecil merengek ke ibunya untuk dibuatkan pohon natal untuknya. “Tahun 1977 tidak banyak pohon natal di Indonesia. Ibu saya minta sopir ambil pohon (cemara) ke puncak (daerah Gunung Merapi). Agar terlihat warna warni, ibu saya ambil cabe hijau dan merah untuk ditaruh ke pohonnya,” kenangnya.
Pengalamannya tinggal di Yogyakarta di masa kecil, diakui Maya sangat berkesan baginya kendati ia tumbuh dan besar di Hawai’i. Kehidupan toleransi di Yogyakarta di kala itu menurutnya telah menunjukkan pentingnya menjaga sikap toleransi. “Toleransi menghubungkan budaya, cinta, kerjasama, tradisi dan sejarah semua menjadi satu. Saat dunia perekonomian global menghadapi tantangan sangat unik, kebijakan yang diambil belum sampai pada hal kita yakini saat ini untuk kembali pada prinsip yang sebenarnya,” katanya
Terinspirasi dari kehidupan masyarakat Yogyakarta, Maya telah mendirikan lembaga swadaya masyarakat yang mengedepankan keamanan dan perdamaian. Menurutnya, berbagai kegiatan yang dilakukan lembaga non pemerintah tersebut diperuntukan untuk mengajak masyarakat dengan beragam profesinya untuk menjalankan kehidupan harmonis dengan peran mereka masing-masing. “ Kita banyak belajar dari buku agama dan kita mencari cerita untuk mengembangkan model keamanan dan perdamaian. Bagaimana mengelola konflik dengan lebih baik,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)