Membahas abad Asia tentu tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Cina, India, singapura dan Indonesia. Bahkan sebanyak 65 persen daya beli Asean kini berada di Indonesia.
Pertumbuhan konsumen klas di Indonesia tersebut tentu mengundang decak kagum. Betapa Indonesia telah menjadi bagian dari era Asia. “Ini menjadi peluang besar, karena menurut laporan UNDP tahun 2013 telah terjadi kebangkitan selatan dan untuk pertama kali dalam 150 tahun dominasi negara-negara utara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Itali sudah direbut negara-negara selatan seperti Cina, India, Afrika Selatan dan Indonesia,” kata Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc, Selasa malam (11/6) di ruang Balai Senat saat menerima 140 doktor baru yang telah kembali dari studi, sekaligus menyerahkan 14 SK CPNS di Lingkungan UGM.
Mengutip laporan laporan Standard Chartered Bank, City Bank, Mc. Kenzy dan Global Institute, kata Rektor, Indonesia yang masuk 16 ekonomi besar dunia dan akan bergerak sangat cepat. Bahkan Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan masuk ke-10 dan di tahun 2040 masuk urutan ke-7 ekonomi besar dunia.
Tumbuhnya konsumen klas, masyarakat dengan daya beli sangat tinggi dengan jumlah sangat besar tentu menciptakan situasi dilematis, di satu sisi menjadi anugerah namun disisi lain tidak menutup kemungkinan terjadi musibah. Sebab Indonesia menjadi negara paling atraktif bagi para investor sekaligus para produsen. “Kita memiliki Kekayaan sumber alam, kemampuan daya beli konsumen yang terus meningkat luar biasa, namun populasinya juga luar biasa,” paparnya.
Meski optimis, Menurut Rektor, fenomena tersebut juga sangat menggelisahkan. Sebab Indonesia yang agraris, hingga saat ini masih impor beras mulai kuartal tahun 2009 lalu. Impor beras inipun terus meningkat, demikian pula dengan minyak. “Kita kaya minyak, tapi produsen minyak mayoritas perusahaan milik asing. Kita memiliki pantai yang panjang namun garam impor,” gusarnya.
Belum lagi pertumbuhan yang masih mengandalkan eksplorasi sumber daya alam. Dengan model semacam itu, Indonesia tentu masih harus membayar untuk perbaikan-perbaikan lingkungan. “Ini tentu tantangan bagi riset-riset perguruan tinggi. UGM ingin risetnya menjadi driving force yang bisa mengarahkan kebijakan pemerintah, memberdayakan masyarakat sekaligus memberi kontribusi untuk industri,” terangnya seraya mengajak 140 doktor baru untuk memberikan kontribusinya buat Indonesia agar senantiasa mampu menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Terkait penyerahan SK CPNS, Bambang Dwi Suka, S.Mn, Kasubdit Pengadaan dan Renumerasi, Direktorat SDM UGM menjelaskan pada tahun 2012 UGM mendapat formasi CPNS sebanyak 94, namun hanya terisi 80. Sementara 14 SK CPNS yang diserahkan terdiri dari 9 dosen dan 5 Tenaga Medis (dokter). “Dengan penyerahan SK CPNS ini, maka total SK CPNS yang sudah diserahkan sebanyak 62, dan masih 18 SK CPNS yang belum turun,” katanya.
Sedangkan dari 140 doktor baru yang telah selesai studi, terdiri dari 58 lulusan dalam negeri dan 82 lulusan luar negeri. Adapun rinciannya, Fakultas Kedokteran Hewan dan sekolah Vokasi masing-masing 1 orang, Fakultas Biologi, Fakultas Filsafat dan Sekolah Pascarjana masing-masing 3 orang, Fakultas Isipol, Fakultas Kehutanan, Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Teknologi Pertanian dan Fakultas Kedokteran Gigi masing-maing 4 orang, Fakultas Farmasi, Fakultas Hukum, Fakultas MIPA dan Fakultas Peternakan masing-masing 6 orang, Fakultas Geografi 8 orang, Fakultas Ekonomika dan Bisnis 11 orang, Fakultas Pertanian 17 orang, Fakultas Kedokteran 19 orang dan Fakultas Teknik 26 orang. (Humas UGM/ Agung)