UGM bersama dengan Universitas Jendral Soedirman, Universitas Diponegoro, Universitas Andalas, dan Universitas Mulawarman bekerjasama membentuk konsorsium antar universitas untuk kesehatan global atau Inter University Consortium for Global Health (IUCGH). Peluncuran konsorsium ditandai dengan penandatanganan MoU antar lima universitas, Kamis (13/6) di Ruang Multimedia Kantor Pusat UGM.
Koordinator IUCGH, dr. Yodi Mahendradata, M.Sc., Ph.D., mengatakan konsorsium dibentuk untuk memperkuat dasar-dasar kebijakan kesehatan global melalui hasil penelitian yang berkualitas. Guna mencapai tujuan tersebut dalam beberapa tahun kedepan kelima pergurauan tinggi anggota akan memperkuat kapsitas penelitian dalam bidang kesehatan global. Penguatan kapasitas meliputi penguatan infrastruktur penelitian, peningkatan kompetensi peneliti, penguatan kapasitas diseminasi hasil penelitian, serta penguatan networking.
Yodi menyebutkan untuk pengembangan kapasitas itu konsorsium akan bermitra dengan sejumlah institusi di Jerman yang telah banyak mengembangkan penelitian dalam masalah kesehatan global. Selain itu kerjasama juga dilakukan dengan para pemangku kepentingan untuk mengupayakan agar hasil-hasil penelitian diadopsi dalam perumusan kebijakan kesehatan global. Konsorsium secara bertahap akan bermitra dengan beberapa pemerintah daerah dapat melakukan kajian-kajian masalah kesehatan global secara komperehensif dan jangka panjang di masyarakat. “ Penelitian akan difokuskan pada empat wilayah, dua diantaranya di Jawa, satu di Sumatera, dan satu lagi di Kalimantan, yang merupakan daerah dari founding member IUCGH. Untuk lima tahun pertama penelitian lebih dulu dikembangkan di Pulau Jawa, baru setelah itu di wilayah Suamtera dan Kalimantan,” tutur staf pengajar Fakultas Kedokteran UGM ini saat jumpa pers peluncuran konsorsium kesehatan global, Kamis (13/6) di Ruang Sidang Pimpinan UGM.
Penelitian akan dilakukan secara kontinu selama lima hingga sepuluh tahun kedepan. Melalui penelitian tersebut diharapkan diperoleh potert komperehensif terkait kondisi kesehatan wilayah tersebut. “Masalah kesehatan global yang akan diteliti adalah persoalan yang semakin meningkat beban permasalahannya secara global seperti kesehatan ibu dan anak, HIV/AIDS, TBC, Malaria,”kata Yodi sembari menambahkan skema pendanaan konsorsium dibantu oleh Southeast Asian Ministers of Education Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC).
Direktur SEAMOLEC, Dr. Gatot Hari Priowirjanto menuturkan tahun ini Indoensia tengah berupaya membentuk setidaknya 10 konsorsium di berbagai bidang, salah satunya adalah konsorsium kesehatan global. Untuk itu, dengan dibentuknya konsorsium kesehatan global ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas jejaring kerjasama di bidang kesehatan. “ Dengan konsorsium ini diharapkan networkingnya menjadi lebih bagus, ada pertukaran hasil penelitian dan lainnya,” ujarnya.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc. Menurutnya adanya konsorsium antar perguruan tinggi ini dapat saling memperkuat satu sama lain. Pasalnya masing-masing mempunyai kekuatan maupun keunggulan dalam bentuk data ataupun kasus yang berbeda-beda yang hasilnya dapat digunakan untuk saling melengkapi bahkan memperkuat penemuan yang ada untuk solusi permaslahan kesehatan nasional maupun global. “Tidak hanya berbagi pengetahuan saja, tetapi dengan konsorsium ini antar universitas dapat sharing networking juga,” terangnya.
Rektor Universitas Mulawarman, Prof. Dr. Zamriddin Hasid dalam kesempatan itu mengapresiasi positif terhadap pembentukan konsorsium kesehatan global yang baru saja dibentuk. Ia berharap dengan program ini bisa menjadi nilai tambah bagi Universitas Mulawarman dan masyarakat Kalimantan yang notabene merupakan daerah rawan terhadap masalah kesehatan.
Sementara Rektor Universitas Andalas, Dr. Werry Darta Taifur, S.E., M.A., Rektor Universitas Jendral Soedirman, Prof. Edy Yuwono, dan Perwakilan Universitas Diponegoro, Prof. Zainal Muttaqien menyampaikan pernyataan senada terkait peluncuran konsorsium kesehatan global ini. Mereka berharap konsorsium yang dibentuk mampu memperkuat kerjasama yang telah dilakukan dan dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan kesehatan di Indonesia serta memperkuat kesehatan global. (Humas UGM/Ika)