YOGYAKARTA – Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM menjalin kerjasama dengan Faculty of Veterinary Medicine, University of Sidney (Usyd), Australia. Kedua fakultas tersebut sepakat menjalin kerjasama bidang pendidikan, pelatihan dan riset. Penandatanganan kerjasama dilakukan oleh Dekan FKH UGM, Dr. Joko Prastowo dan Dean faculty of veterinary, University of Sidney, Prof. Rosanne Taylor pada Rabu (12/6) di Sidney, Australia.
Dekan FKH UGM, Dr. Joko Prastowo mengatakan penandatanganan kerjasama ini untuk pertama kalinya dilakukan antar kedua fakultas. Sebagai bentuk tindak lanjut dari kerjasama yang sudah dilakukan antar kedua pimpinan universitas. “Selain pertukaran mahasiswa, disepakati penguatan penelitian yang sudah ada dan kemungkinan kerjasama pembukaan twining program dan pengembangan kurikulum,” kata Joko Prastowo saat ditemui di kantornya, Senin (17/6).
Untuk pertukaran mahasiwa, rencananya mulai dilaksanakan awal tahun 2014. Kedua fakultas saling mengirim mahasiswa masing-masing untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan selama 8 minggu. “Bulan oktober ini pihak Usyd akan datang dan melakukan seleksi langsung dari 10 mahasiwa terbaik yang kita siapkan,” katanya.
Mahasiswa yang dikirim ke Sidney akan mengikuti dua kegiatan, pertama, assisted reproduction technologies, kedua, diagnostic techniques, veterinary public health and ruminant health activities. “Sebaliknya mahasiswa university of Sidney akan mempelajari berbagai penyakit tropis yang tidak mereka temukan di Australia,” ungkapnya.
Menurut Joko Prastowo, kerjasama dengan salah satu universitas terkemuka bidang veterinary Australia ini diharapkan meningkatkan peran FKH UGM untuk menuju fakultas yang berkualitas standar internasional. “Dengan begitu Portofolio FKH UGM semakin meningkat,” tegasnya.
Ketua Pengelola Sistem Informasi, Akreditasi dan Perencanaan, FKH UGM, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D., mengatakan kerjasama riset yang kini tengah dilakukan kedua fakultas meliputi riset bersama tentang penyebaran penyakit rabies dan brucellosis di Indonesia. “Salah satunya penyebaran rabies di NTT, NTB dan Bali,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)