YOGYAKARTA – Meningkatkan kompetensi calon dokter hewan bidang ecohealth dan biosecurity, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM menggandeng kerjasama dengan Murdoch University (MU), Australia. Empat mahasiwa FKH UGM dikirim magang dan belajar di MU selama 2 minggu dalam program Ecohealth. “Pengiriman mahasiswa ini untuk kedua kalinya dilaksanakan,” kata Dekan FKH UGM, Dr. drh. Joko Prastowo kepada wartawan, Rabu (19/6).
Kesepakatan pertukaran mahasiswa ini menurut Joko tertuang dalam kunjungan dirinya ke MU pada 13 Juni lalu. Penandatangan nota kesepahaman ini dilakukan Dean School of Veterinary and Life Science, Murdoch University, Prof. David Hampson dan Principal College of Veterinary Medicine, MU, Prof. Ian Robertson. Kesepakatan kerjasama tersebut meliputi bidang pertukaran dosen dan mahasiswa, pertukaran informasi pendidikan dan riset, dan pelatihan bersama.
Joko menuturkan, David Hampson menawarkan program yang lebih advance bagi mahasiswa FKH UGM untuk mengikuti biosecurity training. Namun begitu David tetap mengharapkan pengiriman mahasiswa magang ecohealth terus dilanjutkan. “Kita menyambut tawaran itu dan segera menindaklanjuti dengan melakukan seleksi pada mahasiwa yang berminat,” kata Joko.
Kerjasama yang lebih erat dengan Murdoch University, diakui Joko dimungkinkan lewat program joint supervision bagi mahasiswa program doktor melalui beasiswa AusAID, DIKTI, Beasiswa Unggulan maupun beasiswa dari kementerian keuangan.
Koordinator bidang kerjasama internasional FKH UGM, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D., menuturkan kunjungan FKH UGM ke MU juga disepakati pembentukan Animal Ethic Committee dan Human Ethic Commite untuk keperluan riset dan pengajaran. Menurutnya, animal ethic yang berlaku di Murdoch University bisa untuk diadopsi di lingkungan UGM.
Animal Ethic Committee (AEC) yang ada di MU mengacu pada the Australian code of practice for the care and use of animal for the scientific purpose. AEC terdiri dari 4 orang dalam terdiri dokter hewan ahli bedah, peneliti yang berpengalaman dalam penggunaan hewan, animal welfare advocate dan anggota masyarakat yang tidak punya pengalaman meneliti. “AEC ini dibentuk untuk mengatur dan memonitor penggunaan hewan dalam penelitian dan pengajaran baik untuk penggunaan hewan di laboratorium atau untuk keperluan mengajar dan praktek,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)