Perkembangan Kota Yogyakarta ke arah Sleman dan Bantul telah mengakibatkan persaingan untuk mendapatkan lahan semakin tidak terkendali. Padahal di satu sisi ada kepentingan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan di sisi lain ada kepentingan pemenuhan kebutuhan ruangan untuk berbagai penggunaan di non pertanian.
Persaingan untuk mendapatkan lahan tidak hanya terjadi di pinggiran kota tetapi sudah menjalar ke wilayah perdesaan sehingga masyarakat petani di perdesaan juga merasakan adanya permintaan lahan yang cukup meningkat.
“Perluasan kota ke lahan pertanian ini ada yang direspon dengan meningkatkan produksi tanaman ada juga yang mengendur komitmen petani terhadap lahan pertaniannya,”kata Sudrajat saat ujian terbuka program doktor Fakultas Geografi UGM, Sabtu (22/6) di Fakultas Geografi.
Sudrajat mempertahankan disertasinya berjudul Tinjauan Spasial Komitmen Petani Mempertahankan Kepemilikan Lahan Sawah dan Pemanfaatannya Untuk Pertanian di Kabupaten Sleman dan Bantul DIY.
Mengendurnya komitmen petani tercermin dari perilaku, semangat dan motivasi petani dalam mempertahankan kepemilikan lahan pertanian. Dampak paling nyata mengendurnya komitmen petani pada lahan adalah semakin marak petani yang melakukan alih fungsi lahan pertanian ke lahan non pertanian baik secara individual maupun kolektif.
“Selain komersialisasi lahan ini juga disebabkan kurang pahamnya petani terhadap multifungsi lahan pertanian,”imbuh staf pengajar Fakultas Geografi UGM ini.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Sudrajat terungkap bahwa ada perbedaan sebaran spasial tingkat komitmen petani dalam mempertahankan kepemilikan lahan sawah dan pemanfaatannya untuk pertanian di tiga zona penelitian. Pada zona bingkai kota-desa (zobidokes) ditemukan sebagian besar petaninya memiliki komitmen rendah dalam mempertahankan kepemilikan lahan sawahnya, sedangkan komitmen dalam pemanfaatannya untuk pertanian sebagian besar petani masih memiliki komitmen sedang.
Sementara itu di zona bingkai desa-kota (zobidekot) ditemukan sejumlah sebagian besar petaninya masih tergolong memiliki komitmen sedang dalam mempertahankan kepemilikan lahan sawah, sedangkan komitmennya dalam pemanfaatan lahan sawah untuk pertanian sebagian besar masih tergolong tinggi.
“Sedangkan di zona bingkai desa (zobides) sebagian besar petani cukup tinggi komitmen untuk mempertahankan kepemilikan lahan sawah maupun pemanfaatannya untuk pertanian,”tegas Sudrajat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi probabilitas tingkat komitmen petani dalam mempertahankan kepemilikan lahan sawah dan pemanfaatannya untuk pertanian di tiga zona penelitian bervariasi, baik jenis, jumlah maupun besarnya kekuatan dari setiap faktor pengaruh. Sudrajat berharap penelitiannya bermanfaat sebagai pedoman menyusun rencana kebijakan pengendalian lahan pertanian dan pemanfaatannya untuk pertanian, baik oleh pemerintah DIY maupun Pemkab Sleman dan Bantul (Humas UGM/Satria AN)