YOGYAKARTA – Kenaikan harga BBM premium menjadi Rp 6500/liter dan Solar menjadi Rp 5500/liter dinilai akan meningkatkan inflasi dan kenaikan biaya transportasi. Dalam jangka pendek biaya transportasi diperkirakan naik sekitar 20-30 persen. ”Biaya transportasi yang tinggi menyebabkan potensi ekonomi masyarakat miskin tidak dapat diikembangkan,” kata ketua umum Masyarakat Trasportasi Indonesia (MTI) Prof. Dr. Danang Parikesit dalam forum diskusi kebiajakan ekonomi di FEB UGM, Sabtu (22/6).
Danang parikesit mengatakan kebijakan pengurangan subsidi saat ini ebih fokus pada kebijakan fiskal namun tidak diikuti kebijakan progresif investasi dan insentif untuk mendorong moda pemakain tranportasi angkutan umum termasuk bis listrik dan elektrifikasi kereta api.
Menurutnya kebijakan energi, transortasi, industri otomotif dan fiskal haruslah merupakan paket kebijakan yang konvergen. Akibatnya negara kehilangan peluang untuk membangun fondasi sistem transportasi dan logistik yang kompetitif. ”Pengurangan subsidi bukanlah cek kosong, seharusnya harus diikuti kebijakan diversifikasi energi dan penggunaan moda transportasi, industri dan rumah tangga,” kata Guru Besar Transportasi UGM ini.
Komite BPH Migas, Saryono Hadiwjoyo, mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi dilatar belakangi akibat meningkatnya konsumsi BBM bersubsisi yang selalu melebihi kuota dalam kurun waktu lima tahun terakhir. ”Pertumbuhan konsumsi premium naik 8 persen per tahun dan minyak solar 5 persen per tahun,” katanya.
Naiknya kosumsi BBM ini diakiatkan pertumbuhan kendaraan roda empat rata-rata sebesar 1,1 juta unit dan sepeda motor sebesar 6 juta unit per tahun. Meski sudah dinaikkan, harga BBM saat ini termasuk terendah diantara negara ASEAN. Bahkan negara-negaa seperti Kamboja dan Laos yang berpendapatan perkapita dibawah Indonesia tidak memberikan subsisdi BBM utuk rakyatnya. ”Beda dengan Arab Saudi dan Kuwait, harga BBM mereka lebih rendah dari Indonesia karena sangat kaya akan minyak dan tidak tegantung dengan negara lain,” imbuhnya.
Anggota DPR RI Dr. Arif Budimanta mengataan subsidi BBM telah menjadi bagian dari struktur kehidupan politik rakyat. Perubahan harga BBM bersubsidi akan memberi pengaruh terhadap pergerakan harga barang dan jasa melebihi kontrbusinya dalam inflasi umum. Utamanya terhadap inflasi bahan makanan dan jasa transportasi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)