Program Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi tren bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagai wujud tanggungjawab sosial mereka terhadap masyarakat sekitar. Jumlah perusahaan yang mengimplementasikan program CSR juga menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Meskipun demikian, masih tampak banyak perusahaan yang mengembangkan program-program CSR sekedar insidental dan dilakukan sekedar sebagai “pemadam kebakaran”.
“Maka bisa kita lihat banyak program yang ada seringkali tidak berkelanjutan, dan justru menimbulkan ketergantungan dan berbagai masalah sosial lain di masyarakat,”papar Ketua Jurusan PSdK FISIPOL UGM, Prof. Dr. Susetiawan, pada Seminar dan Launching S2 PSdK Minat Khusus CSR, Senin (24/6) di R. Seminar Pascasarjana FISIPOL UGM.
Susetiawan menambahkan keberhasilan program CSR sangat ditentukan oleh kapasitas kelembagaan dan kapasitas sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Ada beberapa kelemahan pelaksanaan program CSR, yaitu banyaknya perusahaan yang tidak memiliki departemen khusus yang menangani program CSR. CSR juga masih dianggap sebgai kegiatan “kosmetik” belaka.
“Sayangnya, kinerja pengelolaan CSR hanya dilihat dari serapan anggaran, bukan kemandirian masyarakat. Ini butuh komitmen hati nurani,”imbuhnya.
Senada dengan itu Ketua Prodi S2 PSdK FISIPOL UGM, Dr. Hempri Suyatna, S.Sos, M.Si, mengatakan bahwa perspektif institusionalisme mensyaratkan adanya struktur organisasi dan tata kelola sumberdaya manusia yang tepat di bidang CSR. Struktur ini memungkinkan program CSR dilakukan sesuai dengan prinsip pemberdayaan. Selain itu juga terbuka peluang untuk berkolaborasi dengan institusi lain karena sumberdaya manusia yang jelas menjadi sarana komunikasi antar pihak.
“Atas dasar itulah kita launching S2 PSdK Minat Khusus CSR sebagai kontribusi jurusan untuk memperkuat kompetensi dan kualitas SDM dalam pengelolaan CSR,”kata Hempri.
Launching dan seminar dihadiri oleh 150 perwakilan dari berbagai perusahaan dan perguruan tinggi. Beberapa narasumber yang hadir antara lain Dra. Tjijih Rukaesih (penggiat sosial dari PKBM An-Nur Bandung) dan Tavip Dwikorianto (Pertamina Geothermal) (Humas UGM/Satria AN)