Kerjasama antara Indonesia-Aljazair yang telah dijalin sejak lama perlu terus diwujudkan dan dikonversikan menjadi hubungan yang lebih nyata dan saling menguntungkan. Untuk menghidupkan kembali kedekatan dan rasa persaudaraan yang ada saat itu, tak cukup bagi kedua negara hanya saling membuka misi diplomatik di masing-masing negara dan kerjasama di bidang politik yang sudah terjadi sampai sekarang. Tetapi perlu dibarengi dengan langkah-langkah konkrit terutama dalam hubungan ekonomi (terutama perdagangan dan investasi), kebudayaan dan penerangan.
“Saya lihat ada kemajuan dalam hubungan perdagangan antara kedua negara seperti variasi komoditinya bertambah, namun volumenya belum seberapa dan masih kecil-kecilan,”kata Hamid Alhadad, mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Aljazair dan Kamboja pada Seminar “Proyeksi Hubungan Kerjasama Indonesia-Aljazair: Kedekatan Historis dan Peluang Peningkatan Hubungan Bilateral” di Sekolah Pascasarjana UGM, Kamis (27/6).
Hamid mengakui kerjasama di bidang ekonomi ini sering terkendala oleh jarak geografi dan persaingan dengan negara-negara Afrika dan Eropa yang letaknya dekat dengan Aljazair, sehingga tidak dapat berkembang cepat, tetapi harus dicari jalan keluarnya. Selain hubungan ekonomi, kerjasama yang terbuka dikembangkan yaitu di bidang kebudayaan dan penerangan, seperti menggalakan pertukaran guru, profesor dan mahasiswa.
“Seperti dinilai beberapa kalangan Indonesia dan Aljazair punya potensi SDA dan SDM yang bisa dikembangkan menjadi dua raksasa ekonomi dunia di kemudian hari,”katanya.
Sementara itu pengamat dari Jurusan Hubungan Internasional UGM, Dr. Siti Mutiah Setyawati, M.A. menilai Indonesia akan banyak mengambil manfaat jika bekerjasama dengan Aljazair. Kerjasama yang diperkirakan semakin meningkat yaitu di bidang pariwisata dan pengelolaan lingkungan.
“Hal ini juga tidak lepas dari adanya dukungan politik di forum internasional seperti PBB, OKI dan Gerakan Non Blok,”kata Siti.
Siti melihat prospek hubungan kedua negara akan semakin kuat apalagi jika melihat sejarah peranan Indonesia dalam kemerdekaan Aljazair 5 Juli 1962 yang waktu itu turut diundang pada Konferensi Asia Afrika (Humas UGM/Satria AN; foto: Hastangka)