YOGYAKARTA – Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Dr. drh. Joko Prastowo, M.Si, mendesak pemerintah mengawasi pemotongan sapi betina produktif di daerah sentra produksi sapi di seluruh Indonesia. Hal itu akan mengancam ketersediaan sapi lokal untuk meningkatkan ketersediaan daging sapi. “Upaya penyelamatan segera dilakukan agar program pembibitan sapi lokal bisa berhasil,” kata Joko Prastowo dalam pelantikan dokter hewan di di auditorium FKH UGM, kamis (27/6).
Menurut Joko Prastowo, pemotongan sapi betina produktif akan mengganggu program pembibitan sapi nasional yang menjadi faktor kunci dalam keberhasilan program swasembada daging. Karena pemerintah menurutnya hingga sampai saat ini tengah menghadapi persoalan untuk mensukseskan program swasembada daging 2014. “Sampai saat ini upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjamin ketersediaan dan stabilitas harga daging dengan merealisasikan kebijakan impor sapi dan daging,” ujarnya.
Dia mengusulkan agar pemerintah berupaya meningkatkan produksi serta memaksimalkan pemanfaatan sapi lokal di daerah. Karena beberapa kawasan sentra produksi pun sudah siap menyuplai. “Tapi masih ada beberapa kendala yang harus diatasi terkait infrastruktur dan transportasi,” imbuhnya.
Di sisi lain, pemerintah menurutnya juga harus tanggap dan merespon ancaman penyebaran penyakit zoonosis seperti rabies dan flu burung dari China dan potensi penyebarannya pada daerah di Indonesia. “Saya kira ini tantangan bagi para dokter hewan untuk menunjukkan kiprahnya,” kata Joko di hadapan 18 dokter hewan yang baru dilantik.
Lebih jauh Joko Prastowo menambahkan, lulusan dokter hewan harus mampu bekerja profesional sesuai dengan kode etik dokter hewan seiring dengan makin meningkatnnya tuntutan pelayanan dan tingginya kualitas yang diinginkan klien dan pengguna jasa profesi dokter hewan.
FKH UGM kembali melantik 18 dokter hewan baru, terdiri 12 orang pria dan 6 orang wanita. Hingga samapi saat ini, FKH UGM telah meluluskan 4.215 dokter hewan. Rata-rata waktu studi lulusan dokter hewan adalah 6 tahun, 8 bulan. Sedangkan IPK tertinggi diraih Herjuno Ari Nugroho yang lulus dengan IPK 3,64.(Humas UGM/Gusti Grehenson)