Bencana gempa bumi sebesar 6,9 skal Richter yang melanda DIY pada tanggal 27 Mei 2006 menimbulkan banyak korban meninggal, korban luka, kerusakan fisik, kerusakan infrastruktur, dan kerusakan ekonomi. Konteks kedaruratan pasca gempa ini membangun pemahaman spesifik masyarakat pasar di Kabupaten Bantul terhadap pengembangan ruang pasar sebagai wadah bagi aktivitas menenangkan diri dan aktivitas ekonomi.
Kewaspadaan yang diakibatkan oleh bencana itu menimbulkan motivasi untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman/tenang yang secara umum diupayakan dengan beberapa strategi, seperti memperkuat persaudaraan lama, membangun persaudaraan baru, meminimalkan potensi konflik serta mengupayakan kebaikan bersama.
“Hal ini bertujuan mengembangkan hubungan yang harmonis dilandasi nilai-nilai paseduluran yang diartikan ‘selalu berupaya mengembangkan persaudaraan’,”papar Endy Marlina pada ujian terbuka program doktor Program Pascasarjana, Fakultas Teknik UGM, Jumat (28/6) di Sekolah Pascasarjana UGM.
Pada ujian tersebut Endy Marlina mempertahankan disertasinya yang berjudul Pengendalian Ruang Pasar Pasca Gempa Berbasis Paseduluran. Penelitian Endy dilakukan di enam pasar di Kabupaten Bantul, yaitu: Pasar Piyungan, Pasar Jodog, Pasar Pundong, Pasar Ngangkruk, Pasar Turi, dan Pasar Gatak. Penelitian dilakukan sejak Mei 2006 hingga Januari 2008.
Upaya masyarakat untuk menanggapi bencana gempa bumi Mei 2006 adalah dengan mengembangkan nilai paseduluran yang implementasinya terdapat dalam sistem kegiatan masyarakat pasar dan realisasinya secara fisik dalam pengendalian ruang pasar. Nilai paseduluran ini mendasari pengembangan ruang-ruang bakulan baru, yang dibangun secara berkelompok dengan jarak berdekatan sebagai realisasi kebutuhan para pengguna pasar untuk saling mendekatkan antara satu dengan lainnya serta mengembangkan hubungan yang harmonis di antara masyarakat pasar.
“Aturan-aturan yang ada di pasar juga tidak selalu berupa aturan tertulis, tetapi berupa kesepakatan untuk menjaga berlangsungnya paseduluran yang baik,”kata Ketua Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Teknologi Yogyakarta itu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pasar memahami pasar sebagai media untuk mengembangkan paseduluran dan ruang komunal, yaitu ruang yang dikembangkan untuk mewadahi kegiatan bakulan oleh beberapa bakul secara bersama-sama, yang kental diwarnai oleh nilai sosial. Ruang pasar pasca gempa di Kabupaten Bantul terjadi karena adanya konsensus-konsensus ruang yang dipahami masyarakat terkait dengan jarak antar ruang, batas ruang, tatanan ruang, dan kontrol ruang.
“Implementasi konsensus ini membentuk teori pengendalian ruang pasar pasca gempa yang berbasis paseduluran,”pungkas Endy (Humas UGM/Satria AN)