Penggunaan dan pemanfaatan Informasi Geospasial (IG) dalam berbagai sektor semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kualitas kebijakan dan keputusan yang diambil dengan mendasarkan kepada IG. Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagaimana UU Nomor 4 Tahun 2011 punya peran penting dan strategis dalam menyelenggarakan dan mengelola data geospasial sebagai basis dalam perencanaan dan pembangunan nasional.
“Peta Rupabumi salah satunya merupakan produk geospasial yang punya peran penting dalam penyelenggaraan informasi spasial,’tutur Plt. Deputi Bidang IGD Badan Informasi Geospasial,Edwin Hendrayana, pada Workshop Pemanfaatan InSAR Untuk Pemetaan Topografi dan Tematik di KPFT UGM, Jumat (28/6). Workshop diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik.
Saat ini, sumber data dasar utama untuk pemetaan rupabumi adalah foto udara, LiDAR dan radar. Menurut Edwin teknologi fotogrametri yang selama ini dianggap sebagai teknologi yang paling mumpuni dalam menghasilkan data utama pemetaan rupabumi tetap saja memiliki kelemahan terhadap penyediaan data yang bebas awan.
Hingga sekarang masih terus berkembang teknologi radargrammetry maupun Interferometry Synthetic Aperture Radar (InSAR) yang mampu menghasilkan data model ketinggian (DEM) dengan akurasi yang semakin baik seperti Ifsar dan yang ditunggu-tunggu yakni Tandem TerraSAR-X.
“InSAR tidak terbatas untuk rupabumi tetapi juga dapat sebagai acuan pemetaan batas wilayah,”katanya.
Di bidang geologi, data radar atau InSAR dipakai sebagai data utama untuk interpretasi unsur bentang alam dan struktur geologi dalam pembuatan peta geologi. Pada bidang pertambangan dapat juga menggunakan data radar karena kemampuannya memberikan informasi geomorfologi. Pemanfaatan data InSAR juga dapat diimplementasikan untuk pemetaan bencana seperti bencana banjir, tanah longsor hingga memprediksi gempa bumi.
“Pemanfaatan data radar dan InSAR juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM,”tegas Edwin (Humas UGM/Satria)