Indonesia hingga saat ini masih saja mengalami berbagai masalah serius terkait bahan bakar, salah satunya ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak (BBM). Hal tersebut dikarenakan belum seriusnya pemerintah mengembangkan bahan bakar alternatif (BBA).
“Kami menilai tidak ada upaya serius dan terus menerus dari pemerintah untuk mengembangkan BBA ini, untuk dipergunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor maupun untuk listrik. Hal ini tentu saja membuat masyarakat kembali lagi menggunakan BBM tanpa ada kesempatan memilih bahan bakar lainnya,” ujar Kepala Pusat Studi Energi UGM, Dr. Deendarlianto, S.T., M.Eng, di Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (2/7) dalam kegiatan Deklarasi Kedaulatan Energi untuk Kemakmuran Rakyat Indonesia.
Deendarlianto menuturkan setiap kali pemerintah melakukan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi, selalu saja diwarnai kegaduhan dan ketidakpastian. Hal tersebut mestinya tidak perlu terjadi bila masyarakat Indonesia memiliki BBA sebagai pilihan lain untuk mendukung aktivitas masyarakat.
“Padahal masih banyak energi alternatif yang bisa dikembangkan, seperti hydro, panas bumi atau geothermal, biomassa, tenaga surya, tenaga angin dan juga uranium. Berbagai energi baru terbarukan tersebut bisa menjadi BBA jika dikelola secara maksimal. Sayangnya masih sangat sedikit yang dikelola dari besarnya potensi masing-masing energi tersebut di Indonesia,” katanya.
Karena itu, sebagai upaya mencapai kedaulatan energi, Deendarlianto mengungkapkan jika pihaknya akan terus melakukan inisiasi dan advokasi untuk upaya hilirisasi hasil-hasil penelitian energi baru dan terbarukan sebagai BBA yang efisien. Selain itu, Pusat Studi Energi UGM juga akan menginisiasi sinergi tiga pilar yakni perguruan tinggi, pemerintah dan industri untuk komersialisasi produk energi baru dan terbarukan berdasarkan pengembangan dan penelitian yang dilakukan.
“Kami juga berencana mendirikan dan menyelenggarakan program pendidikan pascasarjana di bidang energi bersih dan energi baru terbarukan. Hal ini jelas untuk mencetak para pakar energi yang mampu mencarikan jalan keluar dari ketergantungan kita akan BBM,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli sekaligus Peneliti PSE UGM Dr. Fahmy Radhi, MBA mengatakan, data dan fakta menunjukkan bahwa ketersediaan energi fosil semakin menurun dan tentu suatu saat akan habis. Karena itu, pihaknya mendesak pemerintah untuk segera melakukan migrasi dari BBM yang bersubsidi tinggi ke BBG yang subsidi kontennya lebih rendah. (Humas UGM/ Agung)