YOGYAKARTA – Perairan Waduk Gajah Mungkur (WGM) menghadapi ancaman pencemaran perairan kategori sedang dengan ditemukannya kandungan TSS (Total Suspende Solids), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Cuprum (Cu), dan Mangan (Mn), Escherichia Coli yang berada di atas ambang batas yang dipersyaratkan sebagai air kelas 2. Status pencemaran perairan WGM berada diantara skor 10-30, skor tersebut mendekati batas cemar berat. “Tingginya nilai BOD dan COD disebabkan ketersediaan bahan organik yang tinggi di waduk ini,” kata Dosen Biologi,FMIPA UNS, Drs. Wiryanto, M.Si dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Gografi UGM, kemarin Rabu (3/7).
Dari sampel air yang diambil dari 10 muara SubDAS yang ada di sekitar perairan waduk diketahui masuk dalam status cemar berat adalah muara subDAS Temon yang dimungkinkan karena banyaknya buangan limbah organik dan kebiasaan warga yang membuang hajat besar di sungai.
Waduk Gajah Mungkur diakui Wiryanto memiliki potensi tercemar kategori berat karena adanya peningkatan jumlah keramba dan wisatawan yang berkunjuang ke perairan serta aktivias penduduik yang memasok limbah ke perairan waduk. Limbah tersebut mempercepat pencemaran perairan sehingga kualitas perairan menjadi turun. Kandungan unsur hara di dalam perairan waduk juga berdampak pada pertumbuhan fitoplankton lebih cepat. “Pertumbuhan fitoplankton ini dapat digunakan sebagai indikator kesuburan dan pencemaran perairan waduk,” ungkapnya.
Dari sisi indeks kesubuaran, perairan waduk Gajah Mungkur berada pada status kurang subur pada musim penghujan, subur ringan pada musim kemarau. Bahkan statusnya menjadi cemar berat di musim penghujan dan cemar sedang di musim kemarau. Dari penelitian ini menurut Wiryanto diketahui hubungan tingkat pencemaran dan kesuburan menunjukkan signifikan terbalik, artinya kenaikan tingkat kesuburan akan diikuti menurunnya tingkatnya pencemaran. Hal itu disebabkan parameter kesuburan berbeda dengan parameter pencemaran.
Mengantisipasi ancaman pencemaran berat, Wiryanto mengusulkan pengelolaan kesuburan dan pencemaran perairan Waduk Gajah Mungkur perlu dilakukan peningkatan persepsi dan kesadaran masyarakat di sekitar lokasi waduk. Efisiensi pemberian pakan budidaya ikan dan jenis pakan yang rendah phospor dan pengolahan lahan berorientsai konservasi lingkungan. Seperti diketahui Waduk Gajah Mungkur berada di Kabupaten Wonogiri dengan luas keseluruhan 135 ribu ha, terdiri 121.014 ha berupa lahan dan 13.986 ha berupa genangan. Keberadaan waduk ini dimanfaatkan oleh masyarakat yang berada di 20 kecamatan dan 224 desa/kelurahan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)