Bangunan industri seperti pabrik dan gudang memerlukan atap lembaran (sheet roof) yang digunakan untuk atap dan dinding. Biasanya material atap yang umum digunakan adalah baja yang sisi permukaan luarnya dilapisi dengan lapisan pelindung korosi dari material seng, aluminium, atau paduan seng-aluminium. Pemasangan atap lembaran tersebut ke penumpu gording biasanya menggunakan sekerup pengikat (self drilling screw fastener) yang pemasangannya menimbulkan lubang pada atap/dinding.
“Lubang akibat sekerup pengikat ini berdasarkan pengalaman lapangan kadang kala menimbulkan problem kebocoran,’kata Djoko Setyanto pada ujian promosi doktor Prodi S3 Teknik Mesin Program Pascasarjana Fakultas Teknik UGM, Senin (8/7) di KPFT UGM.
Pada ujian itu Djoko mempertahankan disertasinya yang berjudul Sistem Atap Lembaran Komposit GFRP Profil Baru.
Djoko mengatakan penyebab utama kebocoran melalui celah lubang sekerup pengikat tersebut disebabkan oleh keteledoran saat pemasangan/instalasi atap oleh pekerja borongan dan oleh sebab lain yakni kegagalan ring (washer/caping) yang usia pakainya pendek tidak sesuai harapan. Untuk mengatasi problem kebocoran atap akibat peristiwa korosi material dan celah lubang oleh sekerup pengencang tersebut ia melakukan penelitian dan perancangan formula material komposit plastik thermoset berpenguat serat gelas (glass fibre reinforced plastic/GFRP).
“Kita juga merancang jenis profil baru atap yang bebas dari lubang sekerup pengikat termasuk bagaimana cara memproduksinya menggunakan mesin laminasi kontinyu,”papar staf pengajar di Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Unika Atma Jaya, Jakarta itu.
Dari hasil penelitiannya itu Djoko berhasil mendapatkan formula material komposit GFRP yang optimum dalam aspek ekonomi dan teknik untuk material atap lembaran yang tahan untuk aplikasi bangunan di lingkungan korosif dan cuaca tropis. Material pembentuk komposit GFRP terdiri dari serat penguat E-glass CSM (chopped strand mat) dan matriks yang terdiri dari campuran resin polyester-orto dan zat pengisi aluminium trihydrate.
Djoko menjelaskan akibat pengaruh cuaca tropis di Indonesia yang kaya akan cahaya matahari dengan kelembabab yang tinggi perlu dijadikan parameter penelitian untuk jangka panjang guna mengetahui pengaruhnya terhadap degradasi material komposit polimer GFRP tersebut secara real.
“Produk atap komposit polimer GFRP yang banyak terpasang di beberapa bangunan industri di Indonesia secara berkala dapat diambil sampelnya untuk dikaji lebih dalam,’pungkas Djoko yang lulus dengan predikat cum laude tersebut (Humas UGM/Satria AN)