Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo berharap media saat ini masih menempatkan pemuda semata-mata sebagai target pasar dan bukan warganegara yang berhak mendapatkan informasi dengan baik dari media. Padahal, informasi yang baik dibutuhkan agar pemuda dapat membuat keputusan yang baik bagi masa depannya.
“Sebagai warganegara, pemuda memiliki hak politik yaitu mengendalikan masa depan dan meningkatkan kualitas kehidupan sosial, emosional, dan pendidikannya,” papar Roy Suryo pada Konferensi AMIC-UGM di Hotel Melia, Yogyakarta, Kamis (4/7) lalu. Konferensi berlangsung 4-7 Juli 2013.
Roy Suryo menambahkan media perlu lebih banyak memberitakan prestasi pemuda tidak hanya di bidang keolahragaan, melainkan juga penelitian, teknologi, kewirausahaan, diplomasi internasional, kerja sosial, dan sebagainya.
Diakui Roy Suryo, saat ini banyak kelompok pemuda Indonesia yang telah berinisiatif membuat medianya masing-masing. Hal ini perlu terus didorong dan dikembangkan oleh berbagai pihak. Perkembangan teknologi media baru seperti internet juga telah menjadi ruang alternatif bagi para pemuda untuk mengekspresikan aspirasinya,
“Kita perlu lebih banyak mendengarkan suara pemuda di media, sebab pemuda adalah warganegara yang memiliki hak politik dan media perlu memperhatikan aspek tersebut,” imbuhnya.
Sementara itu koordinator acara Dr. Hermin Indah Wahyuni menambahkan lebih dari 250 makalah dalam diskusi paralel telah dipresentasikan dalam konferensi ini. Konferensi ini merupakan ajang yang mampu mempertemukan para mahasiswa komunikasi dari berbagai negara di dunia sehingga para peserta mendapatkan wawasan perkembangan media dan komunikasi di negara lain.
“Wawasan perkembangan media akan terbangun melalui forum ini,’kata Hermin.
Konferensi yang mengangkat tema “Transformational Communication and The New Asia” dihadiri sekitar 300 peserta dari berbagai negara dengan menghadirkan sejumlah pembicara internasional seperti Dr. Rhonda Breit (Universitas Queensland, Australia), Dr. Cherian George (Nanyang Technological University, Singapura), Dr. Elena E. Pernia (Universitas Filipina-Dillman, Filipina) dan Dr. Murray Green (University of Technology Sydney, Australia) (Humas UGM).