Perawatan paliatif merupakan bentuk perawatan medis untuk mengurangi keparahan gejala penyakit. Dibanding usaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan, pemberian perawatan paliatif bertujuan untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup orang menghadapi penyakit yang serius dan kompleks.
Menurut Prof. Dr. Myrra Vernooij-Dassen dari Radboud University Medical Centre, perawatan paliatif saat ini mulai diterapkan lebih komprehensif. Perawatan paliatif diberikan sejak awal pasien terdiagnosa penyakit terminal seperti kanker, HIV/AIDS dan dimentia. Di masa sebelumnya, perawatan paliatif semacam ini hanya diberikan pada saat pasien yang mengalami kondisi yang terburuk saja.
“Aspek kuratif dan paliatif dapat dijalankan secara bersamaan, disesuaikan dengan kondisi pasien. Semakin buruk kondisi pasien maka porsi perawatan paliatif semakin besar,” ujar Myrra Vernooij, di Auditorium Gedung Ismangoen PSIK FK UGM, belum lama ini.
Sebagai pembicara pada workshop dan seminar nasional III Palliative Care “Perawatan Paliatif Berbasis Bukti Ilmiah”, Myrra Vernooij mengungkapkan perawat (nursing) memiliki peran sangat penting dalam pelaksanaan perawatan paliatif. Peran perawat di rumah sakit maupun di komunitas, ini memiliki peran strategis dalam menyukeskan perawatan paliatif. Sementara di sisi lain, partisipasi aktif, penelitian dan ketrampilan keperawatan paliatif masih sangat terbatas di Indonesia. “Meskipun telah dibentuk MPI, Masyarakat Paliatif Indonesia pada tahun 1988, peran dan potensi perawat perlu segera diaktualisasikan lebih maksimal saat ini,” katanya.
Karena itu, kata dia, pendidikan keperawatan saja tidak cukup dalam melakukan pelayanan perawatan paliatif. Diperlukan pendekatan sistemik dengan konsensus seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) sebagai persyaratan yang harus ada dalam menjalankan perawatan paliatif.
Adapun langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan dalam implementasi perawatan paliatif meliputi penentuan target group, mengembangkan quality indicators, mengidentifikasi hambatan dan fasilitas secara nasional serta cara pemenuhannya. Disamping itu yang tak kalah penting menentukan strategi dan rodmap untuk implementasi perawatan paliatif. (Humas UGM/ Agung)