Peringkat UGM meningkat pesat dalam pemeringkatan perguruan tinggi versi 4ICU (4International College and Universities). Di Asia, tahun lalu UGM masih berada pada peringkat 53, namun tahun ini naik menempati peringkat 26. Sementara itu dalam daftar lima besar perguruan tinggi di Indonesia, UGM tetap menduduki posisi pertama, disusul oleh Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Universitas Kristen Petra Surabaya. Kendati telah dikukuhkan menjadi perguruan tinggi terbaik di Indonesia, UGM mengaku masih akan terus berbenah diri untuk meningkatkan daya saing di tingkat internasional.
Pemeringkatan popularitas perguruan tinggi di dunia internet yang dilakukan oleh 4ICU menggunakan algoritma dari lima web metric berbeda dari tiga search engines yang independen dan saling terpisah yaitu Google Page Rank, Alexa Traffic Rank, Majestic Seo Referring Domains, Majestic Seo Citation Flow, dan Majestic Seo Trust Flow. Tercatat 11.160 perguruan tinggi dari 200 negara yang dinilai 4ICU.
Perguruan tinggi yang dinilai dalam pemeringkatan ini adalah perguruan tinggi yang diakui, terlisensi, dan terakreditasi oleh kementerian pendidikan di negaranya masing-masing, memiliki program sarjana dan atau pascasarjana, serta masih menggunakan metode tatap muka dalam proses pembelajaran.
Menanggapi capaian ini, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Sistem Informasi UGM, Dr. Didi Achjari, SE, Akt, M.Com mengatakan bahwa sejak memperoleh otonomi pada tahun 2000 dan menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) UGM memang sangat gencar melakukan terobosan-terobosan di bidang teknologi informasi (TI), antara lain dengan pembangunan jaringan fiber optik. Dengan adanya jaringan ini, maka bandwidth dengan kapasitas yang besar dapat mengalir di UGM. Saat ini, bandwidth di UGM sebesar 800 Mbps dan akan segera meningkat menjadi 2000 Mbps.
“Bandwidth yang cukup besar ini digunakan untuk akses ke jurnal internasional yang dilanggan secara massif oleh UGM, membuat program e-learning, memberi bandwidth yang relatif memadai untuk fakultas, sekolah, dan unit kerja, serta memberikan akun email UGM kepada semua mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan alumni,” tutur Didi, Kamis (18/7).
Didi menambahkan bahwa dengan infrastruktur TI yang baik, konten yang kaya, dan bandwidth yang besar membuat konten digital di UGM bisa diakses oleh masyarakat dengan mudah dan cepat. Konten digital ini meliputi website institusi ataupun website mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan. Kualitas konten yang bagus juga membuat banyak website UGM diacu dari luar.
“Akses dari luar inilah yang membuat UGM menempati posisi pertama dalam ranking karena ranking ini ditentukan dengan sumbangan digital,’imbuhnya.
Semasa menjadi PT-BHMN, UGM mengembangkan banyak aplikasi untuk mendukung operasional dan mencapai tujuan UGM seperti sistem informasi keuangan, asset, dan akademik. Sistem informasi ini masih perlu dikembangkan agar terintegrasi penuh, berfungsi baik sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal. Pengembangan ini hanya dapat diwujudkan jika universitas memiliki otonomi.
Dari perspektif pembiayaa, jika memiliki otonomi, UGM dapat merencanakan dan menganggarkan kegiatan pengembangan kapasitas SDM, meningkatkan infrastruktur, dan lain-lain tanpa banyak terkendala aturan dan dana pemerintah. Dari perspektif aplikasi, UGM dapat mengembangkan aplikasi secara independen yang lebih cocok dengan kebutuhan kampus.
“Selama ini aplikasi dari pemerintah, khususnya Kemdikbud dan Kemenkeu yang harus dipakai oleh UGM tidak terintegrasi dan belum sepenuhnya mengakomodasi kebutuhan UGM,” papar Didi.
Didi menegaskan saat ini UGM memang telah menjadi universitas terbaik di Indonesia. Namun, peringkat internasional masih dapat terus ditingkatkan jika UGM memperoleh keleluasaan untuk berbenah. “Kami berharap UU Dikti tidak dicabut sehingga UGM tetap memiliki otonomi untuk lebih meningkatkan pengembangan TI di kampus. Dengan pengembangan TI secara massif, integratif, dan sesuai dengan kebutuhan kampus kami optimis dapat meningkatkan daya saing UGM di tingkat internasional,” pungkas Didi (Humas UGM/Satria AN).