Dua pakar geologi UGM Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D dan Prof. Dr. Subagyo Pramuwijoyo berpendapat musim dan curah hujan yang sulit diprediksi saat ini perlu diwaspadai bagi mereka yang ingin mudik lebaran. Karena di beberapa jalur jalan di pulau Jawa memiliki potensi terjadi bencana longsoran tanah. “Untuk jalur mudik di Jawa, antisipasi terutama harus ditingkatkan pada jalur-jalur alternatif,” ujar Dwikorita Karnawati didampingi Subagyo Pramuwijoyo, di ruang sidang pimpinan UGM, Jumat (19/7).
Kata Dwikorita pernyataan ini bukan untuk menakut-nakuti, namun sebagai antisipasi potensi bencana yang terus diwaspadai di sepanjang pegunungan selatan Jawa. Mulai dari Bandung, Tasikmalaya, Kebumen, Pacitan, Trenggalek, hingga Jember. “Juga untuk wilayah tengah, antara Cirebon hingga Bumiayu, maupun di sepanjang pegunungan Dieng, untuk Jawa Tengah,” katanya.
Bencana tanah longsor, menurut Dwikorita, biasanya banyak terjadi pada menjelang Maghrib hingga malam hari setelah terjadi hujan sejak pagi atau bahkan hujan beberapa hari sebelumnya. “Setelah air terkonsentrasi cukup besar, saat itulah potensi menimbulkan longsoran juga besar,” katanya.
Karena itu, lanjutnya, para pemudik sebisa mungkin menghindari perjalanan melalui daerah-daerah pegunungan tersebut disaat terjadi hujan. “Potensi bencana tanah longsor terutama terjadi pada perbukitan yang miring ke arah luar, pada tanah subur atau pada tanah-tanah gembur, serta pada tanah yang terbongkah-bongkah,” tutur Dwikorita kemudian.
Subagyo Pramuwijoyo menambahkan Untuk di wilayah pegunungan karst, seperti di Gombong, DIY, dan lain-lain lebih aman. Karena sifat batu-batuan karst lebih aman dari potensi bahaya longsor. “Dengan bentuk kerucut tertentu dan karena sifat pelarutannya, maka lebih aman dibandingkan daerah pegunungan yang lain,” tambah Subagyo.
Berbeda dengan daerah pegunungan selatan di Jawa, karena altrasi atau pelapukan serta desakan dari dalam maka kemungkinan terjadi longsoran tanah bisa menjadi lebih besar. “Terlebih jika sudah terlihat pepohonan yang miring di kaki bukit, bisa diartikan di lokasi itu sudah terjadi pergerakan dan sangat potensial terjadi longsoran tanah,” jelasnya.
Meski begitu, kata Subagyo, bukan berarti jalur pantura (pantai utara) Jawa lebih aman. “Karena kalau dari potensi bencana alam memang iya, tapi di pantura ada potensi bahaya yang lain yakni rawan kecelakaan lalu-lintas,” ujar Subagyo lebih jauh. (Humas UGM/ Agung)