YOGYAKARTA – Listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat, dimana hampir dari semua aspek kehidupan bergantung pada listrik. Pemerintah bahkan berusaha mendistribusikan listrik ke seluruh lapisan masyarakat secara maksimal. Namun demikian, rasio elektrifikasi yang masih rendah menyebabkan masih banyak daerah yang belum teraliri listrik dan masih gelap gulita sampai saat ini. Salah satunya, di Padukuhan Danggolo, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, yang biasa disebut dengan Perkampungan Cari. Di Padukuhan Danggolo, masyarakat masih mengalami kesulitan dalam akses listrik.
Sejak tahun 2009 di Perkampungan ini sudah ada bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya dari pemerintah namun karena kurang mendapat perawatan dan perbaikan sehingga sebagian alat tersebut mengalami kerusakan dan tidak bisa digunakan lagi. Baru-baru ini, mahasiswa UGM menggelar pelatihan perawatan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) skala kecil berupa Solar Home System (SHS). Kegiatan diawali dengan sosialisasi dan pelatihan perawatan SHS, lalu dilanjutkan dengan kegiatan trouble shooting dan perbaikan SHS dari rumah kerumah yang didampingi oleh pemuda di Perkampungan Cari.
Mahasiswa dari Jurusan Teknik Fisika UGM yang terdiri dari Zakariya Arif, Cecep Setiawan, Arif Wibowo Mangatas dan Shohibu Dzarilarham dengan didampingi oleh Dosen Rachmawan Budiarto melakukan pembelajaran kepada masyarakat di Padukuhan Danggolo untuk memanfaatkan kembali 25 SHS dari Bantuan pemerintah tiga tahun lalu. Maing SHS, berkapasitas 50 Wp dan kapasitas baterai 65 Ah untuk setiap kepala rumah tangga. “Setelah kita pantau, dari 25 SHS yang ada, 17 unit mengalami kerusakan, 2 unit tidak berfungsi sama sekali, sementara hanya 6 unit yang masih berfungsi normal,” kata Cecep dalam rilisnya yang dikirim Senin (22/7).
Cecep menambahkan, mereka melakukan pelatihan perawatan dan pelatihan memperbaiki SHS yang rusak kepada warga sampai dapat digunakan kembali. Pelatihan mengenai trouble shooting dan memperbaiki SHS yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juni tersebut melibatkan pemuda setempat sampai terbentuk satu organisasi teknisi SHS. “Masyarakat juga diberikan modul perawatan SHS yang dikemas secara menarik sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengases modul jika diperlukan,” kata Cecep.
Pasca pelatihan tersebut, masyarakat kini dapat menikmati kembali bantuan listrik ramah lingkungan dari pemerintah dengan juga dibekali dengan kemampuan yang mempuni untuk merawat dan memperbaiki secara mandiri. Menurut cecep, penggunaan teknologi sudah barang tentu memerlukan perawatan yang intensif. Namun lain hal dengan bantuan yang sudah diberikan ke masyarakat biasanya hanya dikenalkan bagaimana proses penggunaan teknologinya saja tanpa adanya pemberian pemahaman untuk merawat sistem agar dapat awet dan bertahan lama. (Humas UGM/Gusti Grehenson)