YOGYAKARTA – Mahasiswa MM UGM kembali mengukirkan namanya dalam kompetisi bisnis internasional pada kompetisi “Global Social Venture Competition –South East Asia Final” (GSVC) yang diselenggarakan oleh IMBA Program, Thammasat Business School, Bangkok, Thailand. Tim yang menamai dirinya Bamboo Team, beranggotakan lima mahasiswa, Yodhi Kharismanto, Luh Putu Rina Maharani, Mega Aisyah Nirmala, Putu Ngurah Indra Perdana, dan Yosep Andy, berhasil lolos ke babak final yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand tanggal 8-10 Maret 2013 lalu. Sebanyak sebelas tim finalis memperebutkan satu tempat bergengsi untuk melaju di GSVC tingkat dunia di Berkeley, Amerika Serikat.
Kompetisi bisnis GSVC dilaksanakan tanggal 9 Maret 2013 di The Pullman Kingpower Hotel. Bamboo Team mendapat giliran sebagai tim yang pertama tampil mempresentasikan ide bisnisnya, Lexipal. Meskipun mendapatkan apresiasi positif dari juri dan tim lain, namun Bamboo Team kali ini belum berhasil lolos sebagai tim yang mewakili wilayah Asia Tenggara ke GSVC Global Finals di Berkeley Amerika Serikat. Meski demikian Bamboo Team berhasil memperoleh penghargaan sebagai The Best Video Performance berdasarkan jumlah “like” paling banyak atas video presentasi yang diunggah di Youtube dan dari penilaian dewan juri.
Yodhi Kharismanto, salah satu anggota tim mengatakan dirinya merasa senang dan bangga bisa ikut kompetisi di GSVC karena mendapatkan pengalaman baru dengan berkompetisi bertaraf internasional. “Kita bangga karena kita dapat mewakili UGM dan juga Indonesia disana. Walau kita hanya membawa pulang additional award, yaitu best video, kita tetap mengambil sisi positif dari hal ini,” kata Yodhi dalam bincang-bincang dengan wartawan, Senin (22/7).
Menurut pria kelahiran Jakarta, 23 tahun lalu ini yang dikompetisikan dari GSVC ini adalah social venture. Ide disnis yang memiliki kepedulian sosial dan n lingkungan. Adapun ide bisnis yang ditawarkan Yodhi bersama teman-temannya dinamakan “LexiPal”, yakni software yang membantu anak-anak disleksia untuk mengatasi permasalahan dalam keterbatasan mereka. Software ini membantu mereka dalam belajar, memahami sesuatu. Yang berbeda, LexiPal menggunakan motion (unsur gerak) dalam mengoperasikannya, dan unsur-unsur 3D. Sehingga proses treatment tidak monoton dan dapat menyenangkan siswa. “Kami melihat permasalahan pada penanganan anak-anak disleksia biasanya dilakukan dengan tradisional, menggunakan kartu dan buku dan terkadang hal tersebut membuat sang anak bosan. Oleh karena itu LexiPal hadir sebagai software bagi anak disleksia yang bersifat fun, atraktif dan efektif,” ujarnya.
Selain sisi ide bisnis yang dilombakan, dalam kompetisi bisnis tersebut juga diperebutkan penghargaan tambahan, yaitu promotional video. Pemenang promotional video ditentukan dari jumlah like terbanyak di video pada halaman faebook GSVC SEA. Selama maksimal 60 detik tiap peserta mempromosikan produk mereka di depan investor. Mereka yang mendapatkan penghargaan ini mendapatkan hadiah USD 500. “Kebetulan video kita dianggap yang terbaik karena mendapat jumlah like paling banyak yakni 3200 atau yang paling banyak di tonton. Sebagai pemenang best video kita membawa pulang USD 500.” katanya.
Bamboo team menayangkan produk yang mereka tawarkan, yakni LexiPal. Selain itu juga dikenalkan apa itu disleksia karena tidak semua orang mengetahui penyakit disleksia. Diakui Luh Putu Rina Maharani, salah satu anggota tim yang lain, peserta kompetisi GSVC tidak dibatasi, bisa bersifat individu, organisasi, ataupun bisnis yang sudah berdiri. Hanya saja saat presentasi dibatasi hanya maksimal 2 orang presenter dan paling tidak 1 dari presenter tersebut berasal dari sekolah master bisnis (MBA).
Maharani, demikian ia akrab disapa, menambahkan kompetisi GSVC di bagi dalam tahap regional sebelum masuk ke tingkat global. Tahapan regionalnya South East Asia pesertanya dari asia tenggara dan juga Australia Oceania, East Asia peserta dari Korea, China, Jepang dan sekitarnya. Sedangkan bamboo team GSVC SEA (South East Asia). “Walau dalam kenyataannya kita dihadapkan tidak hanya dari peserta di negara asia tenggara tetapi juga negara Oceania dan Australia,” katanya.
Keberhasilan Bamboo Team membawa pulang penghargaan Best Video Performance menurut Direktur MM UGM Prof. Dr. Lincolin Arsyad merupakan satu langkah maju karena tahun lalu MM UGM dengan tim Wastenergizernya telah menjadi salah satu tim finalis di Bangkok. “Dengan kerja keras dan cerdas, tahun mendatang kita harapkan mahasiswa kita bisa meraih prestasi yang lebih meningkat agar bisa lolos ke tingkat global,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)