BANTUL – Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM kembali menggelar lomba Budidaya padi metode SRI (System of Rice Intensification) di Desa Srimartani, Piyungan, Bantul, Sabtu (27/7). Untuk perlombaan kedua di Srimartani ini diikuti kurang lebih 26 peserta. Perlombaan sebelumnya diikuti 11 peserta. “Selain jumlah peserta yang meningkat, rata-rata hasil panen dilihat dari ubinan, produksinya lebih dari 6 ton per hektar,” kata Dekan FTP, Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M. Eng kepada wartawan ditemui di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Srimartani, Bantul.
SRI dikembangkan sebagai salah satu cara meningkatkan produksi padi dalam keterbatasan sumber daya air dan lahan. Bahkan dengan kondisi cuaca yang tidak menentu karena perubahan iklim global, metode SRI menjadi alternatif untuk bisa memanfaatkan air yang jumlah terbatas. “Di Srimartani lahan pertanian sudah sangat terbatas dengan lahan petani yang sempit. Produktivitas padi perlu ditingkatkan agar hasil pertanian dapat memenuhi kebutuhan hidup petani,” tambahnya.
Menurut Lilik, keikutsertaan petani menggunakan metode SRI tidak pernah dipaksakan. Perlombaan dilaksanakan untuk memotivasi petani yang sudah menggunakannya. Karena hasil produksi meningkat, mereka yang belum menggunakan akhirnya mencoba menggunakan metode SRI. “Perlombaan ini hanya untuk memotivasi mereka saja, tapi dalam prakteknya petani selalu mendapatkan pendampingan dari tim UGM,” katanya.
Corporate secretary, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Hermin R. Rahim, mengatakan pihaknya mendukung kegiatan diseminasi teknologi pertanian metode SRI dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Menurutnya, metode SRI kemungkinan juga akan diaplikasikan di daerah lain di Indonesia. “Tahun ini Baznas memiliki program 100 desa miskin, metode ini bisa digunakan di daerah lain,” katanya.
Dalam daftar pengumuman pemenang lomba metode SRI, juara pertama diraih Kasno. Warga Kwasen, Piyungan, ini mampu menghasilkan produksi 8 ton per hektar. Disusul juara kedua dengan 7,4 ton per hektar, diraih Jahari. Sedangkan juara ketiga, diraih Arif Purwito dengan produksi 7,3 ton. Peserta yang satu ini untuk pertama kali mengikuti perlombaan.Berikutnya, juara Harapan 1 diraih M. Jumali dengan produksi 7,2 ton per hektar. Disusul juara harapan 2, dengan produksi padi sebesar 6,8 ton per hektar diraih Murtadlo.
Ditemui wartawan di sela acara, Kasno, 42 tahun mengaku dua kali mengikuti perlombaan. Untuk perlombaan pertama, ia mendapat juara ketiga dengan produksi padi 5,6 ton per hektar. Kenaikan jumlah produksi padi sebesar 2 ton tersebut menurutnya dikarenakan dirinya melakukan perlakukan berbeda pada jarak tanam. “Kalo yang dulu, jarak tanam 25 cm, kalo yang sekarang 30 cm,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)