KULONPROGO– Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., meninjau lokasi kegiatan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM di Desa Hargorejo, Kokap, Kulonprogo, Kamis (1/8). Kunjungan Rektor beserta rombongan dalam rangka melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan salah satu program KKN Keistimewaan DIY untuk pendataan penduduk miskin dan potensi desa. “KKN sekarang ini, porsi pendataan lebih besar dari programnya. Berikutnya, porsi pendataan semakin kecil, tapi program semakin besar,” kata Pratikno dalam sarasehan dan dialog langsung dengan perwakilan masyarakat di Balai Desa Hargorejo. Dalam dialog tersebut, Pratikno didampingi Wakil Bupati Kulonprogo Drs. Sutedjo dan Koordinator KKN Keistimewaan DIY, Gatot Murdjito.
Pratikno menerangkan, tahun 2013 ini kegiatan program KKN PPM UGM di provinsi DIY difokuskan untuk mendukung program KKN Keistimewaan yang bertujuan untuk mempercepat program pengentasan kemiskinan. Pasalnya angka kemiskinan di DIY berada di atas angka rata-rata angka kemiskinan nasional. “Mayoritas (penduduk miskin) ada di Kulon Progo,” katanya.
Hasil kesepakatan UGM dengan pemerintah kabupaten Kulonprogo, tambah Pratikno, penerjunan mahasiswa KKN PPM di Kulonprogo memang diprioritaskan untuk melakukan pendataan masyarakat miskin dan pendataan potensi desa yang bisa dikembangkan agar bisa dilaksanakan dalam program kegiatan KKN PPM UGM selanjutnya. “KKN Tidak berhenti per periode tapi menjadi rangkaian kegiatan bergelombang,” katanya.
Penerjunan mahasiswa KKN di Kulonprogo menjadi bagian dari penerjunan mahasiswa KKN PPM UGM yang diikuti diikuti 5.107 mahasiswa yang tersebar di 22 propinsi, 77 kabupaten dan 152 kecamatan di seluruh Indonesia. Namun demikian, jumlah mahasiswa KKN yang di terjunkan di DIY merupakan yang terbesar karena komitmen UGM dengan Pemerintah provinsi DIY untuk mendukung program keistimewaan DIY.
Oleh karena itu, kehadiran mahasiswa di tengah masyarakat menurut Pratikno diharapkan bisa memberi manfaat besar bagi masyarakat miskin. Selain mahasiswa juga bisa belajar dengan masyarakat, mahasiswa juga mampu mengajak masyarakat menumbuhkan semangat kewirausahaan. “Karena kemiskinan tidak bisa diselesaikan dengan cukup memberikan bantuan keuangan,” imbuhnya.
Wakil Bupati Kulonprogo, Sutedjo, menuturkan angka kemiskinan di Kulonprogo mencapai prosentase 24 persen. Pemkab Kulonprogo bertekad untuk menurunkan angka kemiskinan sekitar 1,5 hingga 2 persen setiap tahun. “Target kita penduduk miskin Kulonprogo tingal 17 persen hingga tahun 2016,” katanya.
Ia juga menyampaikan apresiasi dan dukungan terhadap kegiatan KKN PPM UGM yang menurutnya telah mendukung kebijakan pemerintah kabupaten dalam penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat. Pasalnya pemerintah dalam waktu dekat berencana memberikan bantuan sebesar Rp 1 juta per kepala keluarga miskin kelompok usaha ekonomi produktif. “Penanganan kemiskinan perlu diperbaiki melalui penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat. Setiap KK akan diberikan bantuan modal usaha Rp 1 juta,” ujarnya.
Bekti Murdayanto, salah satu tokoh masyarakat Hargorejo mengatakan di desa Hargorejo menghadapi persoalam kemiskinan dengan penduduk miskin sekitar 30 persen dari seluruh total penduduk. Namun di desa yang ditetapkan sebagai desa tertinggal tersebut memiliki potensi sumber daya ekonomi yang bisa dikembangkan. “Salah satunya usaha gula semut dan tanaman obat-oabatan,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)