Sarjana lulusan UGM harus selalu berorientasi bekerja untuk rakyat dan bukan untuk dirinya sendiri. Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Jendral Kementrian Negara BUMN, Pandu Djajanto, S.H., M.M., pada acara Pembekalan Calon Wisudawan Periode Agustus 2013, di Balai Senat UGM, Kamis (22/8). Acara dipandu oleh Direktur Kemitraan dan Alumni UGM, drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D.
Selain bekerja untuk kesejahteraan rakyat, lulusan UGM juga harus banyak belajar dari berbagai filosofi yang dipelajari selama kuliah, seperti kacang jangan lupa dengan kulitnya (jangan lupa dengan almamaternya), serta selalu menanamkan rasa kebangsaan dan menjunjung tinggi budi pekerti luhur. Pandu menilai UGM banyak memberikan bekal bagi dirinya setelah lulus hingga bersaing di dunia kerja.
“Dulu saya sakit bisu dan tuli. Maksudnya tidak bisa berbahasa Inggris. Tapi saya rasa lulusan UGM sekarang ini sudah tidak ada lagi yang bisu dan tuli sehingga akan lebih mudah dalam persaingan kerja,”tegas alumnus Fakultas Hukum UGM ini.
Di hadapan ratusan calon wisudawan Pandu menambahkan bahwa ketika terjun di dunia kerja maka berbagai teori yang diperoleh ketika kuliah tidak semuanya membantu. Yang lebih banyak diperlukan ketika terjun di dunia kerja adalah adaptasi dengan lingkungan baru tersebut.
“Paling hanya 25-30 persen ilmu ketika kuliah terpakai ketika sudah masuk ke dunia kerja. Selebihnya adalah adaptasi dengan lingkungan baru,”katanya.
Ia meyakinkan bahwa dunia kerja terbuka luas bagi lulusan UGM. Bukan hanya menjadi PNS namun juga di berbagai sektor. Satu hal yang juga harus selalu ditanamkan oleh lulusan UGM adalah selalu berinovasi, integritas tinggi dan menanamkan nilai-nilai luhur. “Kalau kita berinovasi dan berkreasi maka gaji (penghasilan) itu akan mengikuti,”pesan Pandu.
Senada dengan itu Chairman Schlumberger Indonesia, Ahmad Subarkah Yuniarto berharap agar lulusan UGM tidak takut untuk selalu bermimpi. Bermimpi agar masa depannya selalu lebih baik daripada saat ini. Yuniarto yang berasal dari keluarga kurang mampu ini menegaskan agar lulusan UGM untuk selalu tidak takut malu dan tidak takut mencoba hal-hal baru.
“Jangan takut atau malu misalnya kita orang miskin. Tapi ketika sudah sukses di dunia kerja kita harus konsekuen dan siap dengan resiko yang menghadang,”kata alumnus Teknik Elektro UGM itu.
Dr. Hasanudin Abdurakhman, General Manager PT. Toray Industries Indonesia juga memberikan pengalamannya ketika kuliah di F-MIPA UGM. Hasanudin menilai gelar sarjana yang diperoleh bukanlah segala-galanya. Gelar sarjana hanyalah sekedar simbol kalau kita masih berminat untuk terus belajar.
“Prinsipnya adalah jangan malas, bikin networking dan selalu independen,”tutur Hasanudin.
Pembekalan yang dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang SDM dan Aset, Prof. Ir. Budi Santoso Wignyosukarto, Dip.HE tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran kepada calon alumni (calon wisudawan) tentang pentingnya integritas, etika, dan inklusivisme dalam memulai karier dan memulai kontribusi membangun masyarakat sebagai sarjana UGM (Humas UGM/Satria)