Pariwisata merupakan “pergerakan manusia”. Ia berupa perjalanan untuk mencari sesuatu yang belum diketahui, menjelajahi wilayah baru, mencari perubahan suasana atau untuk mendapat perjalanan baru. Kegiatan pariwisata pada awalnya adalah bentuk kesenangan belaka, kini periwisata berkembang dinamis.
Gerak dinamis ini, menurut Sarbini, bersifat mendasar, tidak terpisahkan dari eksistensi diri manusia itu sendiri. Bagi Sarbini keberadaan manusia telah terekploitasi oleh berbagai kepentingan yang semakin kompleks dari himpitan tuntutan kehidupan yang dinamis.
“Itulah yang mendorong manusia berada pada ‘permainan’ gaya hidup kompetitif. Kondisi itu telah menurunkan kesegaran, kesehatan dan muncul instabilitas emosi serta berkurangnya daya produktivitas seseorang. Sementara di sisi lain memicu tindakan eksploitatif dan dehumanisasi”, kata Sarbini dalam ujian terbuka Program Doktor UGM Bidang Ilmu Filsafat di University Center, Kamis (22/8).
Didampingi promotor Prof. Dr. Koento Wibisono dan Ko-promotor Dr. Arqom Kuswanjono, Direktur Lembaga Studi Pembangunan Pariwisata Indonesia (LSP2 Nusantara) mempertahankan desertasi Pariwisata Dalam Perspektif Ilmu Filsafat. Sarbini berpendapat pariwisata dengan berbagai variasi, yakni pariwisata alam, budaya dan rohani menjadi solusi ‘Herbal’ bagi pemulihan fisik maupun jiwa seseorang yang telah tergerus oleh rutinitas agar bisa kembali pada kondisi segar, relax dan produktif.
Dengan mengambil obyek material Pariwisata dan obyek formal Ilmu Filsafat, Sarbini berharap desertasinya dapat menyumbang bagi pengembangan Ilmu Pariwisata di Indonesia. Karena itu, selain menemukan hakikat perjalanan berupa pergerakan dalam bentuk perjalanan wisatawan yang dimotivasi oleh eksistensi sebagai manusia bebas dan humanitis, penelitiannya diharapkan pula mampu memberi landasan filsafati pariwisata, berupa landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis dalam proses mengkonstruksi studi Filsafat Pariwisata.
“Dan yang ketiga dari penelitian ini bisa memberi konsep paradigma baru dan metode kualitatif pariwisata untuk mengembangkan ilmu pariwisata yang beradsar pada nilai kearifan lokal”, papar pria kelahiran Klaten, 22 Agustus 1960, dosen tamu Prodi Pariwisata FIB UGM sekaligus Owner Agatour. (Humas UGM/ Agung)