Selama ini kebutuhan tepung terigu di Indonesia dipenuhi dari impor. Impor gandum cenderung akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, adanya globalisasi pangan dunia dan kenyataan bahwa di Indonesia belum memproduksi gandum secara komersial dan untuk program deversifikasi pangan. Impor gandum mencapai 7,4 juta ton pada tahun 2010-2011 dan naik kembali menjadi 7,8 juta ton pada tahun 2011-2012. Sayangnya, ketergantungan pada impor gandum dari Amerika, maka kekeringan yang terjadi di sana menyebabkan terjadinya lonjakan harga gandum yang berpotensi terjadinya gejolak pangan kembali mengancam Indonesia.
“Jika Indonesia tidak dapat mengatasi hal ini, maka akan berdampak serius pada inflasi, dan gizi masyarakat Indonesia,”papar Budyastuti Pringgohandoko, pada ujian terbuka program doktor Fakultas Pertanian UGM, Senin (26/8) di Auditorium Fakultas Pertanian.
Pada kesempatan tersebut Budyastuti mempertahankan disertasinya yang berjudul Kajian Fisiologis: Perbaikan Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) Terhadap Toleransi Cekaman Kekeringan di Dataran Rendah Melalui Mutasi Induksi.
Kondisi tersebut, kata Budyastuti, menyebabkan laju permintaan gandum sulit untuk diikuti karena keterbatasan penyediaan devisa sehingga mengurangi impor gandum dimasa yang akan datang menjadi alternatif yang harus ditempuh. Untuk menghindari kerawanan akibat pembatasan impor gandum maka perlu dipikirkan untuk dapat memproduksi gandum secara lokal.
“Pemerintah harus melihatnya sebagai peluang untuk bisa memproduksi gandum sendiri dan serius membangun kemandirian pangan,”kata dosen Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta itu.
Program untuk keberhasilan penanaman gandum di Indonesia yang beriklim tropis dengan hasil dan kualitas yang baik salah satunya adalah melalui mutasi. Penggunaan dosis iradiasi yang rendah cukup mampu menimbulkan efek genetik yang lebih besar dan lebih baik hasilnya daripada memilih dosis iradiasi yang lebih tinggi tetapi banyak menimbulkan kerusakan fisik.
Penelitian yang dilakukan Budyastuti ini bertujuan untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman gandum di Indonesia melalui teknik mutasi dengan menggunakan sinar gamma dari Cobalt-60, menyediakan ragam genetik tanaman gandum sehingga memungkinkan dilakukan seleksi selanjutnya untuk mendapatkan sumber genetik baru yang bisa dimanfaatkan dalam program hibridisasi, mengkaji kuantitas dan kualitas gandum pada beberapa mutan gandum yang terkena cekaman kekeringan di dataran rendah dengan menggunakan beberapa parameter fisiologis, dan menemukan mutan gandum yang dapat dibudidayakan di dataran rendah yang toleran terhadap cekaman kekeringan dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi. Beberapa lokasi percobaan Budyastuti dilakukan di kebun milik Dinas Pertanian Karanganyar, Watusambang, Tawangmangu serta Kebun Percobaan UGM, Banguntapan (Humas UGM/Satria AN)