Pengendalian inflasi pada umumnya menjadi tanggung jawab otoritas moneter, namun demikian pada kondisi suku bunga yang sangat rendah menjadikan ruang kebijakan moneter menjadi sangat sempit, sehingga diperlukan kebijakan fiskal dalam pengendalian inflasi. Karena itu, disertasi dibangun dalam kerangka model yang mengakomodasikan peranan kebijakan fiscal, kebijakan moneter dan interaksi kebijakan dalam pengendalian harga.
Demikian disampaikan Y.B. Suhartoko saat mempertahankan desertasi Pengaruh Defisit Anggaran primer Terhadap Produk Domestik Bruto, Suku Bunga, Inflasi dan Neraca Transaksi Berjalan Dalam Kerangka Teori Konsensus Makroekonomi, di Auditorium BRI FEB UGM, Senin (26/8). Menjalani ujian terbuka Program Doktor Bidang Ilmu Ekonomi FEB UGM, promovendus didampingi promotor Prof. Dr. Insukindro, M.A dan ko-promotor Dr. Artidiatun Adji, M.Ec., M.A.
Hasil pengujian Suhartoko memperlihatkan kenaikan defisit primer anggaran belanja dalam jangka pendek akan menurunkan PDB, sedangkan dalam jangka panjang akan meningkatkan PDB. Sementara itu, kenaikan defisit primer anggaran belanja akan menyebabkan kanaikan suku bunga dalam jangka pendek dan penurunan suku bunga dalam jangka panjang.
Hasil pengujian lainnya memperlihatkan bila kenaikan defisit primer anggaran belanja akan menyebabkan penurunan inflasi dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang akan menyebabkan kenaikan inflasi. Kenaikan defisit primer anggaran belanja, ini akan menyebabkan penurunan defisit neraca transaksi berjalan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
“Kenaikan suku bunga akan menyebabkan kenaikan inflasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang”, ujar dosen Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya Jakarta.
Dengan menggunakan landas pemikiran Konsensus Baru Makroekonomi (KBM) serta Teori Fiskal Aras Harga (TFAH), yang merupakan gabungan pemikiran Klasik Baru dan Keynesian Baru, Suhartoko berharap disertasinya dapat bermanfaat bagi dunia akademis, otoritas moneter maupun otoritas fiskal. Bagi dunia akademis, ia berharap hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan empirik dalam kerangka teoritis yang relatif baru yang dapat dikembangkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
Selain itu, penelitiannya dapat memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian di Indonesia dalam kerangka teori perdebatan pengaruh defisit anggaran terhadap pendapatan nasional, inflasi dan neraca transaksi berjalan. “Bagi otoritas pengambil kebijakan, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan terutama dalam hal pengendalian inflasi yang perlu melibatkan kebijakan fiskal serta koordinasi antara otoritas moneter dengan fiskal, dalam rangka pengendalian inflasi, para pengambil kebijakan perlu memperhatikan harapan rasional (rational expectation) masyarakat”, ungkapnya. (Humas UGM/ Agung)