Budaya rakyat yang dimiliki oleh masyarakat kebanyakan dari hari ke hari semakin terpinggirkan dan tidak mendapat perhatian yang memadai. Problem ini semakin mengemuka sejak perdebatan keistimewaan Yogyakarta digulirkan. Dengan menitikberatkan pada bagaimana kebudayaan dan kesenian tumbuh di Yogyakarta menjadi garda depan Yogyakarta, kebudayaan rakyat hadir sebagai ironi.
“Tersingkir, tidak diperhatikan dan dianggap sebagai seni budaya yang ala kadarnya,”papar Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM, Dr. Aprinus Salam, M.Hum, Rabu (28/8) di UGM.
Ia memberi contoh setidaknya terdapat 200 budaya rakyat di Sleman yang dianggap punah dan hampir punah. Menurut Aprinus beberapa penyebab terjadinya kondisi tersebut antara lain disebabkan maraknya penggunaan teknologi serta tidak adanya regenerasi pemanfaatan budaya oleh generasi muda.
“Nampaknya semangat tiap jaman itu berbeda-beda. Saat ini generasi muda lebih mengarah ke hal-hal yang berhubungan dengan elektronik sehingga transformasinya terputus,”katanya.
Dalam hal ini Aprinus melihat perlunya kebijakan perlindungan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan rakyat. Kebijakan proteksi kebudayaan rakyat ini merupakan inisiatif yang ingin didorongkan kepada pemerintah provinsi DIY maupun kabupaten serta DPRD di Propinsi DIY. Salah satu inisiatif ini digulirkan melalui Kongres Kebudayaan Rakyat yang diadakan oleh Masyarakat Adat dan Tradisi Mataram bekerja sama dengan Pusat Studi Kebudayaan UGM, Sabtu (31/8).
Humas Masyarakat Adat dan Tradisi Mataram, Dewanto menambahkan kongres yang mengangkat tema Problematika Kebudayaan Rakyat di Yogyakarta ini merupakan langkah awal bagi terwujudnya kebijakan perlindungan dan pelestarian kebudayaan rakyat. Diharapkan melalui kongres itu akan menghasilkan masukan bagi rencana kebijakan kebudayaan rakyat sekaligus menjadi ruang apresiasi.
“Semoga akan menjadi inisiatif pegiat seni budaya yang selama ini berdialektika dengan kebudayaan rakyat dapat muncul dan memperkaya keistimewaan Yogyakarta,”kata Dewanto.
Selain kongres, acara juga dimeriahkan dengan kegiatan kirab utusan kelompok dan pegiat seni budaya di DIY serta orasi budaya bertempat di Gedung Pemuda Ambar Binangun (Humas UGM/Satria)