BANTUL – Mahasiswa KKN PPM UGM menggelar simulasi bencana gempa bumi di padukuhan karangsemut, Jetis, Bantul, kemarin sore, Rabu (28/8). Seratusan warga yang sebagian besar ibu dan anak-anak ini tiba-tiba berhamburan keluar rumah dan berkumpul di sebuah lapangan di belakang sebuah musholah. Dalam simulasi tersebut, warga menyelamatkan diri dari bencana gempa tektonik berkekuatan 5,6 SR menggguncang selama 47 detik. Diperkirakan episentrum gempa berjarak 94 kilometer sebelah selatan pusat kota Bantul dengan kedalaman 9 kilometer.
Setelah berada di titik kumpul evakuasi, warga segera mendirikan pos siaga dan dapur umum. Tim siaga yang merupakan pemuda padukuhan dengan sigap menolong korban luka, melakukan pendataan korban dan menginformasikan pada Forum Pengurangsan Risiko Bencana (FPRB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), PMI dan Rumah Sakit. Beberapa warga yang membawa Tas Tanggap Bencana (TATA) berusaha mengobati korban luka ringan, tergores dan memar. Ada pula warga yang menandu korban menggunakan tandu darurat yang terbuat dari sarung dan dua batang bambu.
Khamid Fajar Raharjo, 26 tahun, salah satu warga yang ditemui usai mengikuti simulasi mengatakan kegiatan simulasi bencana ini memberikan manfaat bagi warga agar bisa mengetahui cara mitigasi bencana dan evakuasi yang sesuai standar. “Saya kini bisa tahu gambaran bila tejadi bencana gempa, apa saja yang harus dilakukan,” katanya.
Diakui Khamid, kegiatan simulasi bencana ini belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Ia bercerita, saat terjadi gempa bumi 2006 lalu, evakuasi warga kurang terkoordinasi. Mereka saling menyelamatkan diri masing-masing. “Ada 28 orang di padukuhan Karangsemut yang menjadi korban bencana gempa bumi waktu itu,” katanya.
Pasca dilaksanakan simulasi bencana, kata Khamid, warga karangsemut bisa mendapat pengetahuan dan pengalaman yang cukup bagaimana cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa. Untuk mendapatkan bantuan dari pihak luar apabila terjadi bencana, warga forum pengurangi risiko bencana yang bermitra dengan BPBD.
Koordinator Mahasiswa KKN PPM UGM, Paulus Haryo, mengatakan kegiatan simulasi bencana merupakan kelanjutan dari program pelatihan manajemen kebencanaan yang mereka lakukaan selama dua bulan, Juli dan Agustus. Sebelumnya, mereka telah memberikan sosialisasi dan pelatihan manajemen tanggap bencana, pelatihan pertolongan medis, dan sosialisasi rumah tahan gempa, “Untuk kader tanggap bencana, kita perkenalkan tas tanggap bencana, berisi makanan dan minuman instan, dan surat berharga yang bisa dibawa saat bencana terjadi,” katanya.
Selain itu, mahasiswa KKN PPM juga melaksanakan program membuat peta daerah rawan bencana gempa bumi. Bahkan juga telah memetakan rumah-rumah yang kontruksi bangunan tahan gempa dna tumah yang tidak tahan gempa.
Stefano Tsukamoto, peneliti kebencanaan dari Universitas Osaka, Jepang, yang ikut hadir menyaksikan pelatihan simulasi bencana tersebut mengatakan dirinya menggandeng mahasiswa KKN PPM UGM untuk membantu riset pengembangan sistem informasi bencana berbasis komunitas. Pasalnya dirinya tengah mengembangkan sistem aplikasi sistem informasi bencana lewat teknologi ponsel. “Kita kerjasama dengan 10 % warga yang diminta untuk melaporkan kondisi mereka pasca bencana. Dari informasi itu diketahui untuk menentukan daerah yang terkena bencana,” katanya.
Informasi yang disampaikan warga lewat ponsel tersebut nantinya akan ditampilkan lewat google maps untuk mengidentifikasi daerah prioritas yang membutuhkan dukungan bantuan. Selanjutnya informasi tersebut bisa dimanfaatkan pemerintah dan palang merah yang bekerja sama dengan LSM untuk berbagi informasi agar bisa mengurus korban sesegera mungkin. “Riset ini tengah saya kembangkan, apabila sukses dilaksanakan di DIY, saya harap bisa diaplikasikan di tingkat Asia Tenggara,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)