Tulang sapi bisa untuk menyembuhkan patah tulang pada manusia? Jangan heran, tulang sapi yang biasanya diolah menjadi sop atau campuran bakso kini dapat digunakan untuk membantu menyembuhkan pengobatan patah tulang pada manusia. Adalah Diah Budiasih, Ditya Devale Rinenggo, dan Raymond Win yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM serta Anggi Muhtar mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) yang menggagas pemanfaatan limbah tulang sapi untuk dijadikan sebagai bahan pengganti tulang atau implan.
Pemanfaatan limbah tulang sapi ini berawal dari keprihatinan keempat mahasiswa muda ini terhadap mahalnya biaya untuk penyembuhan patah tulang melalui implan. Padahal banyaknya kasus patah tulang yang terjadi di Indonesia.
“Implan tulang selama ini masih dipenuhi dari impor sehingga biayanya mahal dan juga pemesanannya memakan waktu lama,”kata Diah belum lama ini di Kampus UGM.
Kondisi tersebut mendorong Diah dan ketiga rekannya melakukan penelitian untuk menciptakan implan tulang alternatif dengan kualitas yang tinggi dan tentunya dengan harga terjangkau. Mengapa memilih tulang sapi sebagai bahan pengganti tulang? Diah menjelaskan bahan pengganti tulang tersusun dari hidroksiapatit (HA) yang merupakan unsur utama tulang manusia dan tulang sapi merupakan sumber HA alami. Adapun tulang sapi yang digunakan adalah bagian paha yang memiliki porus alami.
Hasil penelitian Diah dan kawan-kawan menunjukkan kandungan HA tulang sapi yang dipanaskan pada suhu 1300°C akan berubah menjadi bipashic calcium phosphate (BCP). BPC merupakan material yang memiliki kandungan unsur kalsium dan fosfat yang meneyrupai tulang manusia.
“Kalau dibandingkan dengan HA, material BCP memiliki kelebihan. Implan BCP lebih mudah luruh dalam tubuh sehingga proses regenerasi tulang lebih cepat daripada dengan HA,” terangnya.
Uji coba awal dilakukan pada tikus untuk membuktikan kemampuan implan BCP dari tulang sapi dibandingkan dengan HA komersial yang sering digunakan di pasaran. Dari hasil pengujian secara radiologis dan histologis diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua bahan.
“Dengan begitu bisa disimpulkan bahwa implant BCP dari tulang sapi berpotensi untuk dikembangkan menjadi implant tulang komersial,” kata Anggi Muhtar menambahkan.
Meskipun sudah berhasil dicobakan pada hewan, Anggi mengatakan bahwa masih perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan subjek manusi. Hal tersebut penting untuk mengetahui reaksi imunitas tubuh. Disamping itu, juga perlu dilakukan analisis kelayakan dalam pengembangan BCP dari tulang sapi berbasis produksi sebagai bahan implan tulang.
Pemanfaatan limbah tulang sapi sebagai bahan implan tulang ini tidak hanya menjadi alternatif untuk pembuatan implan tulang, tetapi juga turut mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah sapi yanghanya dibuang begitu saja. Selain itu, dari pengembangan implan ini mampu menghantarkan mereka maju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang akan dihelat di Universitas Mataram, Lombok 10-13 September mendatang. (Humas UGM/Ika)