Menteri Pertanian RI, Dr. Ir. H. Suswono, MMA meminta mahasiswa baru Fakultas Pertanian UGM untuk tekun dalam belajar. Karena pertanian di masa depan dinilai masih menjadi andalan bagi Indonesia. “Ini merupakan pilihan tepat saudara yang memilih fakultas pertanian karena peluang kerjanya akan selalu ada. Pertanian adalah penyedia pangan di Indonesia, kalau pertanian kuat tentu Indonesia akan mandiri dan berdaulat di sektor pangan”, tuturnya di Auditorium Fakultas Pertanian UGM, Rabu (4/9).
Memberi kuliah umum dalam rangkaian kegiatan Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru (PPSMB) UGM tahun 2013, Suswono mengatakan dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta lebih, menjadikan strategi pembangunan pertanian memiliki peran yang sangat penting. Karena persoalan-persoalan kedepan terkait pangan akan menjadi persoalan dunia.
“FAO, sebagai badan dunia bidang pertanian dan pangan telah memberi peringatan, warning pada negara-negara dunia untuk memperkuat ketahan pangan masing-masing. Jangan sampai diabaikan, karena itu FAO dalam forum-forum resmi selalu mengingatkan pentingnya food security”, katanya.
Di hadapan 456 mahasiswa baru Fakultas Pertanian UGM, lebih lanjut Mentan RI mengingatkan di tahun 2045, jumlah penduduk dunia mencapai 9 milyar, artinya dua kali lipat dari jumlah penduduk dunia saat ini. Sementara itu, bidang industri masih mengandalkan bidang pertanian sebagai pemasok andal bahan baku industri.
“Hampir 80 persen bahan baku industri saat ini berasal dari pertanian. Jika kedepan bahan baku industri tidak berasal dari negara sendiri tentu akan menjadi ancaman yang serius”, katanya.
Menurut Mentan, produk-produk pertanian Indonesia sesungguhnya merupakan penghasil devisa cukup besar. Sawit, misalnya, jika dihitung dari pajak masuk sawit mencapai 50 trilun rupiah.
Sementara itu, sebanyak 70 persen kelangsungan hidup rumah tangga Indonesia saat ini masih bergantung pada sektor pertanian. Karena itu, jika persoalan-persoalan pertanian bisa diselesaikan, tentu memberi solusi bagi persoalan-persoalan besar bangsa Indonesia. “Sayang, kondisi cukup ironis karena hingga saat inipun, jumlah penerima raskin sebagian besar masih berasal dari kalangan petani”, tuturnya. (Humas UGM/ Agung)