Kentang (Solanum tuberosum.L.) merupakan komoditas holtikultura yang mendapat prioritas untuk dikembangkan, dan berpotensi untuk dipasarkan di dalam negeri maupun ekspor. Kentang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena bermanfaat sebagai bahan baku industri makanan, farmasi dan kosmetik, serta sudah dijadikan bahan pangan alternatif atau bahan karbohidrat substitusi, terutama dalam pemenuhan kebutuhan gizi dan pangan masyarakat Indonesia.
Kendala dalam budidaya kentang di Indonesia antara lain mutu benih, teknik budidaya dan adanya organisme penganggu tanaman. Salah satu penyakit yang menjadi kendala dalam budidaya kentang adalah penyakit layu bakteri. Penyakit layu bakteri ini disebabkan oleh Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum.
“Penyakit ini dapat menghancurkan tanaman kentang karena patogen bersifat tular tanah dan tular umbi, mampu bertahan dalam tanah relatif lama,’papar Ir. Nur Prihatiningsih, M.S. pada ujian terbuka program doktor Fakultas Pertanian UGM, Rabu (11/9) di Auditorium Fakultas Pertanian UGM.
Pada ujian tersebut Nur mempertahankan disertasinya yang berjudul Aktivitas Antibiosis Bacillus sp. B315 Sebagai Agens Pengendali Hayati Ralstonia solanacearum Pada Kentang.
Ia menjelaskan Bacillus spp. diketahui sebagai bakteri antagonis terhadap beberapa patogen tanaman, baik patogen tular tanah maupun tular udara. Bacillus spp juga mampu mengendalikan patogen seperti Gaeumanomyces graminis penyebab penyakit take-all pada gandum, strain anggota genus Fusarium, dan Verticillium penyebab penyakit layu pada beberapa tanaman penting seperti tomat, pisang dan kapas.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman ini mengatakan bahwa agens hayati seperti Bacillus spp. dapat sebagai pupuk hayati dan agens pengendali hayati melalui mekanisme antibiosis, sekresi enzim pelisis, dan penginduksi ketahanan sistemik.
“Aktivitas antibiosis Bacillus sp. B315 ditunjukkan dengan salah satu cara membuat mutan antibiosis untuk menentukan bahwa Bacillus sp. B315 mempunyai mekanisme antibiosis,”imbuhnya.
Penelitian yang dilakukan Nur Prihatiningsih dilakukan dengan metode percobaan dalam empat tahap. Tahap 1-2 dilaksanakan di laboratorium dan tahap 3-4 di rumah kaca. Dari hasil penelitian itu disimpulkan bahwa Bacillus spp. asal rizosfer kentang, isolate B46, B209, B211, B298 dan B315 mempunyai kemiripan yang tinggi pada sifat fisiologis dan biokimiawi. Kelima isolate Bacillus spp. secara genetic adalah B. subtilis dengan strain yang berbeda.
Bacillus sp. B315 dapat digunakan sebagai agens pengendali hayati R. solanacearum kentang, dengan aplikasi pada saat tanam yaitu perendaman benih atau penyelimutan benih, dengan formulasi yang lebih efektif dan efisien.
“Bacillus sp. B315 ini mampu menunda masa inkubasi 7 hari, dan mengendalikan penyakit layu bakteri dengan efektivitas sebesar 64,9 persen,”pungkasnya (Humas UGM/Satria AN)