Tahukah Anda jika gelombang ultrasonik ternyata ampuh untuk mengusir nyamuk? Agus Wigardi, mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM, bersama keempat rekannya berhasil mengembangkan robot pengusir nyamuk dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik yang mampu mengusir nyamuk secara efektif dan ramah lingkungan. Alat yang mereka kembangkan berhasil meraih emas dalam ajang PIMNAS XXVI yang baru saja dihelat 9-13 September lalu di Mataram.
“Kebanyakan masyarakat mengusir nyamuk dengan memakai obat nyamuk bakar ataupun obat nyamuk semprot. Padahal cara-cara itu masih menimbulkan efek samping jika menghirup asapnya, tidak bagus untuk kesehatan,” terang Agus belum lama ini di Kampus UGM.
Meskipun saat ini sudah dikembangkan obat nyamuk elektrik yang mampu membunuh nyamuk dengan cepat, Agus mengatakan metode tersebut juga tetap saja ada efek sampingya. Dalam jangka panjang pengguna alat akan merasakan gangguan kesehatan seperti pusing dan gatal-gatal.
Untuk itulah Agus bersama tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran, Diah Budiasih, Dwi Puspitarini, dan Aditya Doni P, serta Saprindo Prabantara yang merupakan mahasiswa Fakultas MIPA berupaya mencari solusi untuk mengusir nyamuk yang efektif dan minim efek samping dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik.
Gelombang ultrasonik merupakan salah satu jenis gelombang dengan frekuensi tinggi diatas 20 kiloHertz. Gelombang ini bisa didengar oleh hewan-hewan tertentu semisal kelelawar, serangga, termasuk nyamuk. “Jadi begitu mendengar frekuensi gelombang ultrasonik, nyamuk-nyamuk akan merasa terganggu dan menyingkir. Namun, gelombang ini aman bagi manusia karena gelombang suara yang bisa didengar manusia antara 20 Hertz-20 kiloHertz,” papar Agus.
Robot yang diberinama Robotack-O-Mos memang tidak berbentuk seperti robot pada umumnya, namun berupa lampu hias. Jadi selain bisa mengusir nyamuk, alat ini bisa dipakai sebagai lampu hias. Dalam robot mereka menggunakan sejumlah komponen yang ditanamkan dalam lampu hias seperti motor penggerak, buzzer, aki, dan speaker.
“Payung lampu akan berputar bisa sampai 180 derajat dan memancarkan suara ultrasonik. Nyamuk pun akan pergi ketika mendengar gelombang suara ini saat robot dihidupkan,” imbuh Saprindo.
Saprindo mengatakan mereka menciptakan dua buah model robot anti nyamuk yaitu robot berukuran kecil berukuran 15×15 cm dengan tinggi 40 cm dan berat sebesar 1 kg, dan robot berukuran besar 30×30 cm, tinngi 1,2 m dengan berat 10 kg.
Dalam pembuatan robot pengusir nyamuk tersebut, kelima mahasiswa muda itu memasukkan unsur kearifan lokal. Hal ini bisa dilihat dari penambahan ukiran alumunium dan kuningan yang menjadi ciri khas DIY pada penutup lampu. “Pada penutup lampu kita ukir ukiran yang menggambarkan kekhasan Yogyakarta seperti keraton, Gunung Merapi, dan Candi Prambanan,” jelasnya.
Diah berharap dengan robot ini nantinya bisa menekan timbulnya penyakit akibat serangan nyamuk seperti DBD, malaria, cikungunya hingga filariasis. Pasalnya penyakit akibat gigitan nyamuk telah memakan banyak korban jiwa di Indonesia.
“Sebenarnya sudah banyak cara pencegahan yangdilakukan seperti fogging, penggunakan obat nyamuk bakar maupun elektrik tetapi masih menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Penggunaan gelombang ultrasonik ini dapat mencegah gigitan nyamuk dan tentunya aman untuk manusia,” katanya.
Kedepan mereka berencana untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan alat pengusir hewan lain misalnya kecoak, ular, dan lainnya. (Humas UGM/Ika)