Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal dunia akibat Non-Communicable Diseases (penyakit tidak menular) global. Dari jumlah tersebut hampir separuh kematian NCD terjadi secara dini sebelum usia 70 tahun. Menurut Dr. Hernani Djarir dari WHO Indonesia, penyebab kematian terbesar NCD adalah kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis dan diabetes.
“Selain itu delapan puluh persen kematian NCD terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah,”kata Hernani pada International Symposium on Research, Policy & Action to Reduce the Burden of Non-Communicable Diseases di Fakultas Kedokteran UGM, Kamis (26/9). Simposium berlangsung selama dua hari, 26-27 September 2013.
Terdapat sejumlah faktor risiko yang menyebabkan kematian seseorang akibat NCD, seperti diet yang tidak sehat, merokok serta alkohol. Disamping itu orang-orang yang memiliki posisi sosial dan ekonomi yang rendah ternyata lebih rentan terserang NCD ini.
“Dari penelitian beberapa faktor seperti pendidikan, pekerjaan, gender, etnis dan penghasilan turut berpengaruh terhadap NCD tersebut,”katanya.
Hernani menambahkan WHO telah melakukan identifikasi intervensi yang dapat mencegah NCD dengan efektif dan menghemat anggaran. Intervensi ini akan lebih efektif jika diwujudkan dalam sistem pelayanan kesehatan di berbagai negara, baik yang masyarakatnya berisiko terserang NCD maupun tidak. “ Sayangnya, meskipun mengancam pembangunan manusia masih banyak negara, lembaga atau yayasan yang masih mengabaikan krisis ini maupun penanggulangannya,”tutur Hernani.
Sementara itu dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH., Ph.D dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UGM mengatakan setidaknya diperlukan dua langkah untuk mencapai kesehatan masyarakat, khususnya terhindar dari NCD. Dua hal tersebut yaitu sistem kesehatan yang kuat serta penguatan pada masyarakat itu sendiri.
“Salah satu sistem tersebut tidak bisa menggantikan satu dengan lainnya,”kata Fatwa.
Fatwa memberikan contoh PRORIVA (Programme to Reduce Cardiovaskular Disease Risk Factors in Yogyakarta). PRORIVA merupakan program berskala kecil dengan strategi memberdayakan masyarakat untuk mengontrol faktor risiko NCD di Yogyakarta. Kegiatan melibatkan langsung masyarakat serta organisasi kesehatan (Humas UGM/Satria AN)