Persoalan salah perlakuan, pengabaian dan budaya asuh yang tidak suportif menjadi bagian persoalan pengasuhan anak di daerah miskin. Usaha membangun kesadaran pengasuhan terasa lambat karena bantuan lebih konsumtif. Pendekatan komunitas adalah salah satu pilihan memecahkan masalah tersebut. Masyarakat diajak mandiri. Potensi kearifan lokal yang terabaikan direkonstruksi dan dikembangkan untuk memecahkan masalah pengasuhan yang sedang dihadapi.
“Tidak selamanya kemiskinan menciptakan masyarakat tergantung terhadap bantuan dan dimarjinalkan dari beragam akses pemberdayaan,”tutur Mohammad Mahpur pada ujian terbuka program doktor Fakultas Psikologi UGM, Selasa (1/10) di Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM.
Pada kesempatan itu Mahpur mempertahankan disertasinya yang berjudul Kearifan Lokal dan Peningkatan Kualitas Pengasuhan Anak Berbasis Komunitas.
Ia menjelaskan kemiskinan tidak selamanya memengaruhi kualitas pengasuhan. Kualitas pengasuhan anak dapat ditingkatkan asal problematikanya tidak dibebankan personal, tetapi secara kolektif ditemukan, dipelajari kembali dan dikembangkan bersama untuk membangun masa depan anak menjadi berkualitas. Proses ini diperkuat melalui partisipasi masyarakat lokal untuk menciptakan dukungan sosial informasi pengasuhan.
“Untuk itu perlu pendekatan komunitas yang dikembangkan untuk melihat indikator kesehatan mental anak dari determinasi individu, keluarga sosial dan komunitas melalui pendekatan partisipatoris,”kata dosen di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut.
Mahpur menambahkan kearifan lokal memberi pengakuan untuk menempatkan orang lokal sebagai subyek pengetahuan aktif daripada subyek pasif. Kearifan lokal menciptakan proses produksi pengetahuan yang dikonstruksi melalui penalaran komunitas. Suara komunitas ditempatkan menjadi pijakan mengorganisasi konsep dan implementasi pelayanan.
Temuan penelitian yang dilakukan Mahpur ini menghasilkan lima strategi pengasuhan anak berbasis komunitas yang digunakan sebagai perspektif lokal menyelesaikan masalah pengasuhan anak. Lima strategi berikut adalah konsep lokal masyarakat. Setelah dilakukan tindakan penelitian partisipatoris, keberdayaan masyarakat mampu dibangun dari dalam komunitas melalui program belajar masyarakat yang disebut SR Sangu Akik (Sekolah Rakyat Ngasuh Anak Sing Becik).
“Strategi peningkatan kualitas pengasuhan anak yang berhasil dikembangkan, yakni berpikir positif tentang pendidikan, pembiasaan, memberi dorongan, kebebasan terarah, dan pengasuhan tanpa kekerasan,”tegasnya.
Di akhir paparan Mahpur mengatakan bahwa berdasarkan pendekatan penelitian partisipatoris ini disadari bahwa yang membuat masyarakat miskin terpuruk, termasuk kualitas pengasuhan anak, karena bantuan yang umum terlalu bersifat charity dan topdown. Bantuan ini tidak menganut prinsip pengembangan komunitas. Hasil penelitian ini merupakan antithesis bahwa bantuan yang berprinsip pada pengembangan komunitas lebih menjawab pemberdayaan kualitas pengasuhan anak dan menjamin hak-hak anak lebih progresif daripada charity atau kucuran dana konsumtif (Humas UGM/Satria AN)