Menjalankan usaha peternakan secara berkelompok dengan konsep pertanian terpadu atau integrated farming terbukti mampu meningkatkan efisiensi usaha baik dari sisi tenaga, waktu maupun keuntungan. Hal tersebut telah dibuktian oleh para peternak sapi HIFA (Holcim Integrated Farming) di Tuban, Jawa Timur. Peternakan HIFA dibangun oleh PT. Holcim bekerja sama dengan Bagian Nutrisi dan Makanan Fakultas Peternakan UGM sebagai konsultan ahli.
Dekan Fakultas Peternakan UGM Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA, DEA sebagai inisiator model peternakan HIFA Tuban, pada panen perdana 13 September lalu menyatakan bahwa dengan model peternakan yang telah dijalankan akan diperoleh keuntungan maksimal dengan energi dan waktu yang minimal. Setiap peternak hanya mendapat jatah bekerja 24 hari selama empat bulan pemeliharaan. Sementara dari hasil perhitungan panen perdana diketahui setiap anggota kelompok mendapatkan hasil antara Rp. 1,6 juta – Rp. 3 juta.
“Nilai tersebut akan kecil jika dibagi bulan, namun karena dalam empat bulan mereka hanya bekerja 24 hari maka sebenarnya riil hasil mereka adalah Rp 64 ribu – Rp. 125 ribu perhari,”paparnya.
Agus menyampaikan dengan model peternakan yang dijalankan tiap peternak hanya mengalokasikan 25 persen waktu bekerjanya di kandang, sedangkan 75 persen sisanya bisa digunakan untuk mencari pendapatan diluar. “Selain mengurus ternak mereka rata-rata bekerja sebagai pekerja di konstruksi pembangunan pabrik holcim. Kalau nantinya sudah tidak ada lagi pekerjaan kosntruksi maka 75 persen waktu bekerja mereka bisa dialihkan ke usaha peternakan lain yang bisa dilakukan di rumah seperti ternak unggas yang dijalankan dalam konsep bisnis yang terintegrasi ,”jelasnya.
Bambang Suwignyo, Ph.D, pendamping program usaha ternak sapi HIFA mengatakan dalam menjalankan usaha ternak sapi HIFA pihaknya memperkenalkan teknologi pakan praktis sehingga peternak tidak perlu lagi merumput. Upaya tersebut dilakukan dengan melatih peternak untuk mengelola limbah pertanian untuk diolah menjadi bahan pakan ternak atau konsentrat yang dilakukan dalam HIFA feed mill. “Dalam HIFA Feedmill terdapat bangunan gudang, perkantoran dan ruang mesin yang terdiri atas hammer mill, mixer, grinder dan chopper,” tutur dosen Fakultas Peternakan UGM ini.
Sejak April 2013 lalu, disampaikan Bambang, HIFA Feedmill telah berproduksi dengan kapasitas rata-rata 6 ton per hari dengan nama produknya HIFA Feed. Hasil produksi yang berupa konsentrat tersebut digunakan untuk kelompok mereka sendiri.
“Hasilnya dijual untuk anggota mereka sendiri. Dengan begitu uang beredar hanya di dalam kelompok, sehingga keuntungan tetap dapat dinikmati oleh semua anggota tanpa mengurangi nuansa bisnis jual belinya. Konsep inilah yang kita sebut sebagai semangat korporasi berbingkai koperasi,”urainya.
Dalam HIFA juga dipelihara 300 ekor sapi penggemukan yang dimiliki 10 kelompok ternak. Sementara untuk model pemeliharaannya berbasis manajemen kelompok.
“Jadi tidak ada manajemen personal. Anggota kelompok secara bergiliran piket memberi makan, membersihkan kandang, dan memonitor kesehatan sapi,” terang Bambang.
Dalam menjalankan peternakan SAPI HIFA, para peternak hingga saat ini masih terus didampingi sejumlah tenaga ahli dari Fakultas Peternakan UGM. Beberapa diantaranya adalah Prof.Dr.Ir. Ali Agus, DAA, DEA (teknologi pakan), Dr. Ir. Subur Priyono Sasmito Budhi (mineral dan suplemen), Dr. Panjono, S.Pt, MP (produksi), Dr. Nafiatul Umami, S.Pt, MP (hijauan pakan) dan (pemberdayaan, ex officio pimpro). (Humas UGM/Ika)