Tim peneliti UGM berhasil mengembangkan handheld untuk memonitor aktivitas Gunung Merapi yang bisa diakses oleh masyarakat. Dari alat tersebut dapat diketahui informasi terkini tentang kondisi Gunung Merapi.
“ Melalui handheld ini dapat diketahui informasi secara real time tentang aktivitas seismik, cuaca, baik suhu, kelembaban, dan curah hujan, serta informasi parameter bahaya lainnya,” kata Prof. Ir. Sunarno, M.Eng.,Ph.D., Ketua tim pengembang Handheld Merapi Monitor, dalam jumpa pers dengan wartawan Jum’at (4/10) di Jurusan Teknik Fisika UGM.
Sunarno mengatakan sistem informasi untuk memantau langsung kondisi gunung berapi di Indonesia masih belum memadahi. Padahal informasi yang bersifat real time sangat diperlukan untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Untuk itulah ia bersama dengan tim peneliti lainnya dari jurusan Teknik Fisika UGM bekerjasama dengan ORARi DIY, Dikti, Direjen SDA Kementrian PU, dan PT. Datto membangun sistem pemantauan jarak jauh aktivitas dan cuaca di sekitar Gunung Merapi.
Sistem dibangun dalam sebuah stasiun di daerah Balerante, Klaten yang terdiri dari rangkaian sensor mulai dari sensor seismik, sensor parameter cuaca, dan sensor parameter gas beracun. Dari stasiun data yang ditangkap sensor selanjutnya dikirim ke pusat pemantau dengan komunikasi transciever dan frekuency shit keying modulator.
“Jadi dari stasiun data digital yang diperoleh diubah dalam bentuk suara, frequency shift keying yang kemudian ditangkap dengan HT. Lalu data yang telah ditangkap diubah menjadi bentuk digital kembali setelah diproses melalui decoder handheld yang telah dihubungkan ke HT ,” urainya.
Sunarno menjelaskan dengan decoder handheld yang dihubungkan ke HT dengan frekuensi penerima UHF masyarakat bisa memantau secara langsung kondisi terkini Gunung Merapi.
“Sebenarnya data bisa langsung dilihat melalui komputer atau internet, tetapi untuk memudahkan pemantauan di lapangan oleh masyarakat dilakukan dengan menggunakan HT yang dihubungkan decoder handheld. Jadi masyarakat bisa siap siaga dengan kondisi bahaya bencana yang mungkin terjadi,” tutur Kepala Lab Sensor dan Sistem Terkontrol Jurusan Teknik Fisika UGM ini.
Melalui HT tersebut, informasi terkini tentang Merapi tak hanya bisa dimonitor di wilayah DIY saja, akan tetapi hingga kawasan Karesidenan Surakarta, Sragen, Wonogiri, Purworejo, dan Kebumen.
“Kalau memakai antena luar informasinya bisa dimonitor sampai Jawa Barat dan Jawa Timur. Masyarakat pun bisa langsung mengakses info terkini Merapi melalui internet di www.datamerapi.com ,” imbuhnya.
Sunarno menyebutkan decoder handheld mampu mengirimkan data dengan energi listrik mandiri dengan menggunakan solar sel yang mampu bertahan hingga tiga hari. Dengan begitu sistem informasi tidak akan terputus walaupun jaringan listrik PLN mati. “Saat ini kami juga tengah mengembangkan aplikasi telemonitoring berbasis android,”katanya.(Humas UGM/Ika)