YOGYAKARTA – Dosen Poltekes Yogyakarta Drg. Wiworo Haryani, M. Kes, mengembangkan model gigi kalkulus artifisial sebagai media bahan ajar untuk menggantikan model gigi standar typodont. Pasalnya, media ajar typodont yang digunakan selama ini belum menggambarkan kondisi rongga mulut pasien dan tidak mendukung pecapaian tindakan skaling. Berkat penelitiannya tersebut, mengantarkan dosen pengampu ilmu keperawatan gigi ini meraih gelar doktor di Fakultas kedokteran UGM, Sabtu (5/10).
Wiworo mengatakan model gigi tiruan yang dikembangkannya ini lebih mendekati kondisi nyata rongga mulut pasien sehingga lebih mudah bagi mahasiswa dan dosen dalam praktik menyampaikan informasi tentang teknik skaling. “Dilengkapi dengan alat penyangga dan kalkulus artifisial, lebih membantu melatih keterampilan praktik skaling dan menambah motivasi mahasiswa,” kata wanita kelahiran Yogyakarta 43 tahun ini.
Disamping itu, model gigi tiruan ini bisa dipasang di meja kerja dan posisinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Selain praktis, dapat digunakan kembali untuk praktik berikutnya.
Namun demikian, model gigi kalkulus artifisial ini baru dapat digunakan untuk praktik skaling dan model gigi belum dikalibrasi. Kendati begitu, tersedianya unit model gigi dengan kalkulus artifisial, imbuhnya, bisa menjadi media ajar yang memadai untuk praktik skaling dalam meningkatkan mutu pembelajaran klinik. “Media ajar skaling yang realistik dibutuhkan supaya penyampaian informasi yang berkaitan dengan keterampilan skaling lebih mudah dipahami mahasiswa,” ujarnya
Seperti diketahui, model gigi standar umumnya berupa satu unit rahang atas dan rahang bawah tanpa ada gambaran kalkulus. Model gigi tiruan ini hanya dilengkapi pengait agar bisa dibuka. Sedangkan, unit model gigi kalkulus artifisial hasil penelitian Wiworo ini terdiri pipa stainless steel sebagai tiang penyangga, gear, clamp, pengunci, clamp cayel, model gigi, dan kalkulus artifisial. Ditambah alat penyangga yang dapat digerakakan ke atas, ke bawah dan gerakan rotasi agar posisi sesuai dengan kebutuhan operator. “Memungkinkan mahasiswa nyaman dalam praktik,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)