YOGYAKARTA – Hubungan pemerintah Indonesia dan Australia dalam sejarahnya memang hampir tidak pernah terjadi konflik. Meski hubungan antar kedua negara mengalami pasang surut, karena aksi protes dari masyarakat atas ‘perlakuan’ negara tetangga yang dianggap tidak sesuai dengan aturan yang berlaku di negara asal masing-masing. Oleh karena itu, kesalingpahaman antar masyarakat dari kedua negara seharusnya makin diperluas dengan memperbanyak pengiriman pelajar.Salah satunya, pengiriman pelajar Australia ke Indonesia.
Hal itu mengemuka dalam seminar ‘Indonesia – Australian Relations’ yang berlangsung di ruang seminar timur Fisipol, Kamis (14/11).
Seminar yang digagas Korps Mahasiswa Hubungan Internasional UGM menghadirkan pembicara Minister Counsellor Political and economic Brach , Kedubes Australia di Indonesia, Stephen Scott, Kepala pusat Pengakajian dan P{engembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kemenlu RI, Hery Saripudin dan Pengamat Hubungan Luar Negeri, Dafri Agussalim, M.A.
Scott mengatakan Pemerintah Asutralia dibawah Perdana Menteri Tony Abott berencana akan meningkatkan hubungan kerjasama antar masyarakat Indonesia dan Asutralia lewat pengiriman pelajar Australia untuk belajar ke Indonesia. Sementara ini, kata Scott, diperkirakan jumlah mahasiswa Australian yang belajar di Indonesia diperkirakan sekitar 900-an orang. Sementara jumlah mahasiswa Indonesia di Australia sekitar 17 ribu orang. “Rencananya jumlah pelajar yang dikirim ke Indonesia diperbanyak,” katanya.
Selain Ke Indonesia, pemerintah Australia juga mengirim pelajarnya ke negara Asean lainnya seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Di mata pemerintah Australia, ujar Scott, Indonesia dianggap sebagai negara yang memiliki pengaruh yang cukup besar di kawasan Asia tenggara dan Asia pasifik. Keberhasilan Indonesia dalam menjaga pertumbuhan ekonomi dan pelaksanaan praktik demokrasi yang semakin baik menjadi salah satu alasan Australia menjalin hubungan kerjasama yang semakin baik dengan Indonesia. “Ini sangat fantastik bagi Australia. Kesempatan bagi kedua negara dalam memperkuat kerjasama,” ungkapnya.
Di bidang ekonomi, kata Hery Saripudin, volume perdagangan ekspor dan impor angtar kedua negara juga semakin makin meningkat. Tahun 2012 lalu, volume perdagangan antar kedua negara mencapai 10,3 milliar dollar. “Ditargetkan hingga tahun 2015 nilainya bisa mencapai 15 milyar dollar,” katanya.
Namun demikian, menurutnya, pendidikan menjadi kunci untuk meningkatkan hubungan baik kedua negara. “Kita bisa milih teman sesuka kita tapi kita tidak bisa memilih tetangga. Suka tidak suka, mau tidak mau, Australia sebagai negara tetangga, indonesia harus berbaik-baikan. Dari level pemeritah, pengusaha, dan masyarakat harus bersinergi,” katanya.
Pengajar Hubungan Internasional, Fisipol UGM, Dafri Agussalim, memandang hubungan yang kurang baik antar kedua negara lebih sering terjadi di tingkat masyarakat. Hal itu terjadi ketidaksalingpahaman antar masyarakat karena perbedaan sikap, perilaku dan budaya. “Seharusnya warga Australia tahu sikap dan perilaku warga Indonesia. Sebaliknya, juga untuk warga Indonesia,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)