Universitas Gadjah Mada menjadi satu-satunya perguruan tinggi penerima penghargaan dari Menteri Kehutanan RI atas keberhasilan Penanam Satu Milyar Pohon tahun 2012. Penghargaan disampaikan presiden kepada Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc pada acara Puncak Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional (BMN) 2013, di Karangasem, Bali (25/11).
“Kita tentu saja senang atas penghargaan ini, karena UGM dinilai sebagai kampus perintis berwawasan lingkungan. Kita bersama Komunitas Pohon Indonesia termasuk penerima penghargaan untuk kategori perguruan tinggi dan LSM. Kita dianggap sebagai kampus yang berkiprah aktif dalam menggalakkan penanaman pohon”, kata Rektor, di ruang kerjanya, Rabu (27/11).
Atas penghargaan yang diterima, kata Rektor, tentu memacu lebih aktif sivitas akademika UGM. Sebab selama ini UGM dikenal sebagai universitas yang memiliki orientasi menanam bukan menebang. “Diakui semua dimotori oleh teman-teman Fakultas Kehutanan. Tentu penghargaan ini sebagai bentuk pengakuan kerja keras teman-teman di fakultas kehutanan, fakultas-fakultas lain dan universitas,” katanya.
Penghargaan ini menjadi tantangan bagi UGM untuk bekerja lebih keras lagi untuk Indonesia, terutama untuk program menghutankan kembali daerah luar Jawa. Karena hampir 70 persen produksi kayu berasal dari Jawa.
Dengan kondisi sebagian hutan gundul di luar Jawa, program penghutanan kembali diharapkan mampu menata lokasi agar program perkebunan berdampingan dengan penghutanan kembali. Program penghutanan kembali tentu akan menjamin keragaman hayati (bio-diversity) tetap terjaga. “Kita katakan itu sebagai endomen, kapital utama alam untuk masa depan kita yang bermanfaat untuk obat-obatan, makanan dan lain-lain dan tentu saja lingkungan,” ungkap Rektor.
Bagi Rektor, memperoleh penghargaan atau tidak, UGM dengan Konsep Kampus Biru tetap berkeinginan menjadi kampus inspirasi. Menjadi inspirasi nasional, rujukan kemajuan dan pembangunan berkelanjutan, karena semua menjadi bagian dari proses pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
“Tidak hanya di dalam kampus, justru tantangan terbesar berada di luar kampus. Program penghutanan kembali, bukan saja hutan-hutan rakyat tapi juga hutan industri. Kita akan mendorong agar pemerintah dan industri untuk melakukan hal yang sama,” jelasnya.
UGM ingin meyakinkan bila upaya penghutanan kembali tetap pendatangkan keuntungan jangka panjang maupun jangka pendek. Jangja panjang mendatangkan keuntungan lebih karena bio-diversity dan lingkungan tetap terjaga. “Jangka pendek pun tetap untung, karena bagaimanapun pada akhirnya forestry for food, for wood and renewable energy,” imbuhnya.
Selain untuk UGM, penghargaan disampaikan pula untuk gubernur Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Bengkulu, bupati Banyuwangi, Karangasem, dan Minahasa, serta Walikota Pasuruan, Ternate, dan Balikpapan. Apresiasi juga diberikan kepada para pelaku usaha non kehutanan, diantaranya PT. Pertamina EP, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT. Djarum. Untuk pelaku usaha sektor kehutanan, penghargaan diberikan kepada Perum Perhutani, KPWN (Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara), dan Usaha Konservasi PT. Duta Indonesia Djaya.
Untuk reklamasi hutan di kawasan tambang, penghargaan diterima PT. Aneka Tambang, Tbk dan PT. Bukit Asam, Tbk. Sedangkan penghargaan perorangan diberikan kepada Mayjen TNI Doni Monardo (Penggiat Penanaman Pohon Penyerap Karbon), Andi Tenri Gappa (Penggiat Penanaman Pohon Penyerap Karbon), TGH Hasanain Juaini, LC (Perintis Konservasi Hutan dan Lahan di Pulau Lombok NTB), Pastor Marselinus Agot (Penggiat Bibit Pohon Berbasis Masyarakat di Klaten Jateng) dan Amin Sidik (Penggiat Tanaman Mangrove di Pasuruan Jatim). (Humas UGM/ Agung)