Mengembangkan ekstrak air sirih merah menjadi sediaan antidiabetes oral inovatif dalam bentuk sirup dengan hidroksi metilselulosa (CMC) sebagai pengental dan sorbitol sebagai pemanis, menghantar Tim UGM meraih Juara 1 ISMAFARSI AWARD dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (PIMFI) yang berlangsung di Universitas Tanjungpura, Pontianak tanggal 30 Agustus s.d 3 September 2013 lalu. Tim UGM dinilai berhasil melakukan inovasi baru obat diabetes berbasis herbal dengan keunggulan proses pembuatan mudah dengan biaya produksi rendah.
Tim UGM terdiri dari Fera Amelia, Erni Wijayanyi dan Ellsya Angelin Rawar. Fera Amelia, salah satu Tim UGM menjelaskan Sirup Ekstrak Air Sirih Merah diharapkan bisa diproduksi oleh industri farmasi lokal dalam jumlah banyak dengan harga terjangkau. “Kita berharap obat diabetes berbasis herbal ini dapat dibeli oleh masyarakat”, katanya di Fakultas Farmasi UGM, Kamis (28/11).
Dalam karya tulis berjudul Sirup ekstrak air sirih merah (Piper crocatum) : inovasi baru obat diabetes berbasis herbal, diuraikan bila hidroksi metilselulosa merupakan polisakarida sehingga rasanya manis namun tidak dapat dihidrolisis menjadi glukosa sehingga tidak akan meningkatkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus. Sediaan sirup dipilih karena yang digunakan adalah ekstrak air.
Fera Amelia mengungkapkan berdasar catatan Federasi Diabetes Internasional hingga tahun 2012, jumlah penderita diabetes yang berusia 20-79 tahun di dunia sekitar 371 juta jiwa. Sementara di Indonesia, jumlah penderita diabetes berusia 20-79 tahun mencapai 7,551 juta jiwa, sehingga Indonesia menempati urutan ke-7 di dunia (IDF, 2012).
Kata Fera, Indonesia sebagai negara megabiodiversity hutan tropis terbesar kedua di dunia, mestinya mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki. Sayang, pemanfaatan potensi biodiversitas di Indonesia masih kurang dari 5 persen, padahal tumbuhan sebagai sumber kimia hayati (chemical resources) yang dapat dikembangkan menjadi sumber bahan baku senyawa aktif obat yang dapat diperbarui.
Dikatakannya, hingga kini belum ada fitofarmaka di Indonesia yang berkhasiat sebagai obat diabetes. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai obat tradisional DM selama ini hanyalah daun sirih merah (Piper crocatum) yang telah digunakan secara empiris di masyarakat. “Untuk mengobati diabetes, masyarakat merebus 3 lembar daun sirih merah kemudian diambil sarinya untuk diminum, itu yang menjadi pertimbangan kami melakukan kajian ini,” katanya.
Menurut Fera, salah satu senyawa yang terkandung dalam ekstrak air sirih merah yang telah diketahui mekanismenya sebagai antidiabetes adalah flavonoid. Dalam menurunkan gula darah, flavonoid memiliki mekanisme aksi, antara lain menghambat aktivitas enzim a-glukosidase, menghambat oksidasi asam lemak, dan menangkap radikal bebas. Oleh karena itu, sirih merah memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka apalagi di Indonesia belum ada fitofarmaka untuk penyakit diabetes.
“Hasil uji preklinis menunjukkan bahwa infusa sirih merah dapat menurunkan kadar glukosa darah. Selain itu, infusa sirih merah tidak bersifat toksik sehingga aman bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Keunggulan inovasi ini dibandingkan obat diabetes yang sudah ada adalah bahwa esktrak sirup merah ini tidak bersifat merusak ginjal dan hati sedangkan obat diabetes yang sering digunakan dalam terapi berefek merusak ginjal dan hati”, tuturnya. (Humas UGM/ Agung)