Universitas Gadjah Mada berduka, salah satu putra terbaiknya, Prof. Dr. Ir. Mochammad Adnan, M.Sc., meninggal dunia. Rektor UGM periode tahun 1990-1994 ini tutup usia pada usia 80 tahun di Rumah Sakit Jogjakarta International Hospital, Sabtu (30/11) pukul 18.18 WIB. Jenazah dimakamkan di peristirahatan terakhir Sawitsari pada hari Minggu (1/12) pukul 13.00 WIB setelah mendapatkan penghormatan terakhir dari keluarga besar UGM di Balairung UGM.
Dihadapan ratusan pelayat yang hadir dalam upacara pelepasan jenazah Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc. menyampaikan bahwa perjalanan hidup Prof. Adnan membuktikan bahwa beliau adalah putra terbaik UGM. “Setelah memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Pertanian UGM bidang teknologi pertanian pada tahun 1961, beliau berhasil meraih pendidikan di Amerika Serikat. Sesuatu yang sangat tidak mudah pada saat itu,’ tutur Pratikno.
Rektor mengisahkan bahwa pria kelahiran Blora, 14 Agustus 1933 ini adalah salah satu pendiri Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Prof. Adnan juga telah membangun pondasi dan merintis pengembangan pendidikan pascasarjana di UGM. Prof. Adnan dipercaya menjabat sebagai dekan pertama Fakultas Pascasarjana UGM pada tahun 1982-1988. Selanjutnya pada tahun 1987-1989, Almarhum menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik UGM.
Pertautan antara pengembangan penelitian, pendidikan pascasarjana, dan internasionalisasi menjadi pijakan utama saat Prof. Adnan menjadi pimpinan universitas. “Apa yang dikembangkan oleh rektor-rektor berikutnya, yang melabeli UGM sebagai world class research university merupakan bangunan lanjutan dari pondasi yang diletakkan oleh Almarhum,” ungkap Pratikno.
Selain kepemimpinan dalam organisasi, Prof. Adnan juga dikenal sebagai peneliti yang aktif dan handal di bidang teknologi pengolahan pangan. Karya-karya akademik Almarhum dalam aplikasi teknologi pada pengolahan pangan telah memperoleh pengakuan nasional dan internasional.
Pratikno menyatakan bahwa duka yang mendalam tentu tidak hanya dirasakan oleh keluarga besar UGM saja. Kolega Almarhum saat menjabat sebagai anggota MPR RI periode 1993-1998 dan juga saat menjadi Rektor Universitas Wangsa Manggala (sekarang Universitas Mercu Buana Yogyakarta)pun berduka. “Rasa duka harus kita wujudkan dalam bentuk perjuangan untuk meneruskan cita-cita Almarhum,” tandasnya. (Humas UGM)