Selama ini banyak beredar di pasaran berbagai minuman penyegar untuk kesehatan. Hanya saja tidak sedikit yang terbuat dari bahan kimia sehingga dalam jangka waktu panjang akan menimbulkan efek samping bagi penggunanya.
Hal tersebut mendorong sejumlah peneliti Fakultas Farmasi UGM untuk mengembangkan minuman penyegar dari bahan herbal yang minim akan efek samping. Mereka adalah Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Prof. Dr. Ediati, Dr.Triana Hertiani, dan. Dr. Saifullah. Para peneliti tersebut mengembangkan minuman berbahan herbal prostamina untuk meningkatkan stamina tubuh dan kolestramina untuk penurun kolesterol. “Kami ingin memberikan pada masyarakat produk yang aman dan berkhasiat sehingga mengembangkan dengan bahan herbal,” jelasnya di Kampus UGM, Selasa (3/12).
Agung mengatakan minuman penyegar prostamina berbeda dengan minuman yang telah ada di pasaran. Selain terbuat dari bahan herbal, minuman ini juga dibuat dengan mengkombinasikan ekstrak kulit manggis dan mengkudu.
Dalam kulit manggis terdapat senyawa xanthone dan tanin dengan kandungan antioksidan yang tinggi sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara mengkudu mengandung zat terpenoid yang dapat membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh. “Penggunaan kulit manggis dan mengkudu telah terbukti secara empiris aman untuk dikonsumsi,” terangnya.
Sementara untuk kolsetramina, lanjut Agung dibuat menggunakan bahan sambung nyawa dan temulawak. Produk tersebut diharapkan nantinya juga dapat memberi manfaat bagi masyarakat untuk mencegah penumpukan kolesterol dalam tubuh. “Rencananya keduanya akan dirilis 19 Desember mendatang, namun belum dikomersilkan, untuk kalangan sendiri dahulu. Harapannya 2014 bisa segera dipasarkan agar segera bisa memberi manfaat bagi masyarakat ,” jelasnya.
Ditambahkan Zullies, selain prostamina dan kolsetramina, pihaknya juga tengah mengembangkan enam produk farmasi yaitu gama flu, gama kalkuli, gama rek, gama slim, imuno gama, dan gama tensi. Keenam produk tersebut kini ini tengah dalam proses pendaftaran ke BPOM. Namun, secara paralel produk ini juga akan segera diproduksi apabila aspek legalitas telah terpenuhi. “Arah pengembangan kedepan kami ingin membuat obat herbal yang terstandardisasi,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi, Dr. Hargo Utomo, M.B.A menyampaikan bahwa UGM mendorong para penelitinya untuk terus melakukan riset dan mengembangkan berbagai produk yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama yang terkait dengan kebutuhan dasar sandang, pangan, dan papan. “Kita dorong peneliti untuk membuat produk yang bisa dijual, bukan menjual produk yang bisa dibuat. Dengan kata lain kami mendorong para peneliti untuk membuat produk yang dibutuhkan oleh masyarakat,” paparnya.
Pengembangan produk dan riset dilakukan dalam enam bidang, yakni kesehatan dan farmasi, agrokomplek, rekayasa, energi terbarukan, dan pengelolaan kelestarian kultural dan warisan budaya. Sementara dalam pelaksanaannya UGM bekerjasama dengan BUMN dan sejumlah industri agar hasilnya bisa segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. “Peneliti UGM melakukan riset dan membuat formula, kemudian industri yang memproduksinya,” katanya.
Hargo menyampaikan bahwa kesepakatan kerjasama dengan industri telah dilakukan pada tahun 2012 lalu. Produksi diprioritaskan pada hasil riset di bidang kesehatan dan farmasi dengan menggandeng beberapa industri di bidang obat-obatan. “Pada tahun pertama difokuskan pada bidang kesehatan dan farmasi yang memang merupakan bidang yang yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Juga bidang agrokomplek yang terkait dengan hajat hidup orang banyak. Langkah tersebut merupakan upaya UGM untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera serta Indonesia yang memiliki ketahanan dan kemandirian pangan,” urainya.
Pada tahun 2013 ini setidaknya terdapat sembilan produk bidang kesehatan dan farmasi yang telah memasuki inkubasi produksi yaitu bone filler (bahan pengisi tulang), gama-hip (penyambung tulang pangkal paha), bone graft gama-cha (cangkok tulang), antikolesterol ekstrak sambung nyawa, dan antidiabetes. Berikutnya, pegembangan new entity analgetika termasuk turunannya, yakni anti inflamasi dan imunomodulator, nanoteknologi, uji toksisitas babe, serta pembawa vaksin dan stem cell gama-cha. “Targetnya pada 2014 mendatang sudah bisa go-commercial,” ujarnya. (Humas UGM/Ika)