Sekolah Vokasi (SV) UGM sepakat melakukan kerjasama bidang pendidikan dengan Tool Star dan Nikisae Jepang. Penandatanganan nota kesepahaman kerjasama dilakukan oleh Direktur SV UGM, Ir. Hotma Prawoto Sulistyadi, M.T., IP.MD., dan Co-President Tool Star dan Nikisae Jepang, Teppei Nakagame, Rabu (4/12) di Sekolah Vokasi UGM.
Kerjasama yang dilakukan diarahkan pada penyiapan bersama lulusan vokasi untuk memenuhi kebutuhan industri Jepang. Langkah yang ditempuh dengan melakukan pengayaan kurikulum dalam bentuk perkuliahan dan membuka kesempatan magang 6 bulan hingga 2 tahun kepada mahasiswa.
Teppei Nakagame mengatakan, industri maupun perusahaan Jepang saat ini membutuhkan banyak tenaga kerja dengan keterampilan tinggi dan menguasai bahasa Jepang. Sayangnya, ditengah kebutuhan tenaga kerja yang semakin meningkat hanya sedikit yang terserap ke industri karena kemampuan dibawah standar perusahaan.
“Banyak perusahaan Jepang yang kesulitan mencari tenaga kerja yang berkualitas dan menguasai bahasa Jepang dengan baik, padahal mereka membutuhkan banyak tenaga kerja dengan kompetensi tinggi,” jelasnya.
Teppei menuturkan setidaknya saat ini terdapat 1.200 perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia. Dengan begitu, kebutuhan akan pemenuhan tenaga kerja semakin bertambah. Sementara disisi lain belum banyak tenaga kerja yang bisa menembus masuk ke dalam perusahaan Jepang karena perbedaan budaya dan kemampuan bahasa Jepang yang belum memadai.
“Untuk itulah kami berusaha untuk menjembatani kebutuhan mahasiswa yang ingin bekerja di perusahaan Jepang dengan industri Jepang yang membutuhkan tenaga yang terampil dan menguasai bahasa Jepang dengan baik,” paparnya.
Direktur SV UGM menyambut baik tawaran kerjasama tersebut. Dengan kerjasama yang dijalankan diharapkan mampu meningkatkan daya serap lulusan vokasi UGM ke dunia industri Jepang.
“Melalui kerjasama ini bisa meningkatkan kesempatan lulusan vokasi untuk mengisi perusahaan-perusahaan Jepang maupun perusahan Jepang yang ada di Indonesia ,” harapnya.
Hotma mengungkapkan bahwa selama ini peluang untuk bekerja di perusahaan Jepang sangat terbuka lebar. Namun, serapan lulusan ke industri Jepang masih minim karena adanya hambatan pada budaya kerja dan penguasaan bahasa Jepang.
Rencananya, melalui skema kerjasama ini SV UGM melakukan pengayaan kurikulum dengan memberikan mata kuliah tentang bahasa Jepang dan budaya organisasi di perusahaan Jepang. Selain itu, pihak SV UGM akan mendatangkan tenaga pengajar dari Tool Star dan Nikisae Jepang untuk mengisi sejumlah perkuliahan.
“Dengan skema ini kebutuhan industri Jepang terhadap kompetensi lulusan akan terakomodasi di kurikulum. Sementara bagi mahasiswa yang berminat masuk skema ini akan memperoleh sertifikat dari perusahaan Jepang yang tentunya mempermudah akses untuk bekerja di industri Jepang,” urainya Hotma. (Humas UGM/Ika)