Lahan di daerah barat daya Kota Yogyakarta dan sekitarnya diprediksi akan menjadi sasaran konsumen, untuk memenuhi kebutuhan lahan, mengingat harga lahan minimum, rata-rata, dan harga lahan maksimum di daerah tersebut pada masa mendatang masih pada posisi terendah, dan ketersediaan lahan masih cukup luas. Sementara itu di tiga bagian lain (timur laut, barat laut, dan tenggara) harga lahan semakin membumbung tinggi, sementara ketersediaan lahan semakin terbatas.
“Melihat kondisi itu prioritas pemantauan dan evaluasi, serta pengawasan konversi lahan di daerah itu perlu dilakukan,”kata Noorhadi Rahardjo, pada ujian terbuka program doktor Fakultas Geografi UGM, Sabtu (7/12).
Dalam disertasinya yang berjudul Visualisasi Spasio Temporal Dinamika Harga Lahan di Kota Yogyakarta dan Sekitarnya Dari Tahun 1996 Hingga 2011, Noorhadi mengungkapkan perubahan harga lahan secara spasial, baik lahan pekarangan, persawahan, dan lahan tegalan di daerah pinggiran kota bagian timur laut, paling tinggi dibandingkan dengan bagian lain; dan urutan ke dua ditempati oleh perubahan lahan di bagian barat daya. Hal ini secara konklusif mengubah anggapan sebelumnya, bahwa arah perkembangan kota Yogyakarta dan sekitarnya ke arah timur laut.
“Dari temuan ini sangat memungkinkan pada masa mendatang arah perkembangan Kota Yogyakarta cenderung berubah ke arah barat daya,”papar dosen Fakultas Geografi UGM itu.
Noorhadi menjelaskan variasi harga lahan di daerah penelitian tidak hanya terjadi secara temporal namun juga terjadi secara spasial. Ditinjau dari aspek harga lahan minimum dan harga lahan maksimum pada setiap periode, di daerah perkotaan dan di daerah pinggiran kota cenderung mengalami peningkatan. Harga lahan minimum di daerah perkotaan pada setiap periode dua tahunan, lebih tinggi daripada di daerah pinggiran kota.
“Ini terjadi pula pada harga maksimum. Sedangkan secara spasial maupun temporal pada setiap periode selama 15 tahun terakhir cenderung mengelompok,”imbuhnya.
Di hadapan tim penguji Noorhadi mengatakan bahwa model visualisasi yang paling informatif dan mudah digunakan sebagai wahana analisis spasial data harga lahan dan perubahannya, adalah model visualisasi menggunakan simbol isoline dan isopleth. Hal ini dikarenakan pembaca peta secara visual, dapat dengan mudah mengetahui nilai nominal dan nilai relatif, pengelompokan atau pola, dan kecenderungan harga lahan dan perubahan spasial. Dengan peta isoline dan isopleth, pembaca peta juga dapat mengetahui dengan mudah pusat-pusat atau center of gravity dari harga lahan dan perubahannya.
“Model ini cukup informatif meskipun sedikit rumit dibandingkan dengan simbol lainnya,”pungkas Noorhadi (Humas UGM/Satria)