YOGYKARTA – Tiga Mahasiswa D3 Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM, Moh. Tarum N. Umam, Rifaldi Agustian, dan Mohhammad Tsalatsa Rizal berhasil menyabet gelar Juara 1 di Brawijaya Copter Competition (BCC) 2013 yang diselenggarakan oleh Universitas Brawijaya Malang, 3-5 Desember 2013.
Copter Vokasi UGM yang dinamai Quadcopter Batik (Qotik) tampil sangat lincah dengan akurasi tinggi hingga berhasil menyisihkan Copter Antaboga-II dan Gandhela, keduanya wakil dari UNDIP Semarang, di posisi 2 dan 3. Selain ketiga juara tersebut, kompetisi tingkat nasional ini juga diikuti oleh wakil-wakil dari Universitas Jember, Institut Teknologi Nasional Malang, Universitas Pendidikan Indonesia, tim lain wakil dari FT-UGM serta beberapa tim wakil tuan rumah yaitu Universitas Brawijaya Malang.
BCC merupakan kompetisi antar Mahasiswa Mesin se-Indonesia dalam merancang dan memberikan inovasi sebagai wujud upaya pengembangan dan peningkatan prestasi dan kreativitas mahasiswa dalam bidang aero-modeling dan kedirgantaraan. Kompetisi ini merancang dan mendesain kontruksi copter yang sesuai dengan bidang mechanical, dimana perlombaan ini menitikberatkan pada desain propeller dan kontruksi rangka copter dan juga kemampuan peserta dalam melewati rintangan–rintangan yang disediakan dalam perlombaan.
Sebelumnya, copter buatan mahasiswa Vokasi UGM ini dinyatakan lolos dari tahap seleksi pada bulan Oktober 2013. Seleksi didasarkan pada 3 kriteria, yaitu Jenis Bahan, Kesesuaian Dimensi dan Inovasi Desain.
Rifaldi Agustian, salah satu anggota tim, mengatakan body Qotik sengaja didesain khusus dengan corak batik sebagai inspirasi dasar, “Berhasil menarik perhatian banyak orang,” ujarnya.
Menurut Rifaldi, ia bersama rekannya menggunakan bahan-bahan dasar untuk merancang Qotik dari bahan yang mudah didapatkan, bahkan dipadukan dengan barang bekas yang sudah tidak digunakan lagi. Contohnya, coverhead-nya dibuat dengan memanfaatkan mangkuk plastik. Selain itu, frame utama dibuat dari triplek bekas dikombinasikan dengan aluminium. “Jadi, copter Qotik memenuhi tiga aspek dasar yaitu, teknologi modern, nguri-uri budaya Indonesia berupa batik, serta bahan dasar yang ramah lingkungan, murah dan pemanfaatan barang bekas,” kata Rifaldi kepada wartawan, Senin (9/12).
Secara teknis, kata Rifaldi, Qotik yang memiliki bobot 1.04 kg mampu mengangkat beban 400 gram, dengan durasi terbang selama 13 menit. Copter ini mampu melakukan berbagai manuver dengan kemampuan jelajah yang tinggi. Secara umum, Qotik bisa dikembangkan untuk berbagai keperluan misalnya, foto udara, pemetaan, pengambilan film, dan sebagainya. “Kedepannya, Qotik akan dikembangkan terus dan dituntaskan menjadi produk yang memiliki manfaat langsung di berbagai bidang,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)