UGM terus berusaha untuk mewujudkan green campus. Berbagai upaya penataan dilakukan untuk menciptakan kampus yang nyaman, ramah lingkungan, dan bebas polusi. Beberapa diantaranya dilakukan dengan program penataan, pengembangan, pendayagunaan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana fisik yang bersifat ramah lingkungan seperti pembangunan Wisdom Park, rumah susun mahasiswa di Kinanthi, dan penataan lalu lintas.
Dalam pelaksanaan berbagai pembangunan fisik termasuk taman kearifan dan asrama mahasiswa di Kinanti, UGM bekerjasama dengan berbagai mitra salah satunya Kementrian Pekerjaan Umum. Dukungan dari pihak luar maupun mitra terus diupayakan untuk pelaksanaan pembangunan. Sementara sumber daya internal difokuskan untuk pelaksanaan kegiatan tri dharma yakni penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat.
“UGM tidak hanya bertanggungjawab melahirkan lulusan yang kompeten dan berkualitas, tetapi juga harus memikirkan nasib masyarakat yang lebih luas. Pembangunan Wisdom Park ini sebagai wujud kontribusi UGM terhadap masyarakat luas,” kata Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc., saat membuka workshop Perencanaan Wisdom Park dan Ruang Terbuka Hijau, Kamis (5/12) di UC UGM. Dalam kesempatan tersebut dihadiri sekitar 150 peserta dari UGM dan berbagai instansi terkait di DIY. Workshop digelar untuk menjaring masukan terkait pengembangan kampus UGM yang mendukung pengembangan wilayah yang berkelanjutan.
Wisdom Park merupakan pengembangan ruang terbuka hijau yang rencananya akan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas olahraga, jogging track, terowongan penghubung kawasan lembah bagian utara dengan lembah bagian selatan, taman, kolam tampungan air hujan (embung), lahan konservasi, perikanan, dan arboretum. Taman yang terletak di timur Jl. Prof. Notonagoro ini nantinya tidak hanya dapat diakses oleh warga UGM saja, tetapi juga masyarakat luas.
“Embung di Wisdom Park ini nantinya diharapkan bisa mengurangi banjir di daerah hilir seperti Samirono,” jelasnya. Ke depan, embung akan digunakan untuk menampung air hujan di musim penghujan. Selanjutnya air yang telah tertampung akan dilepas secara perlahan keluar sehingga tidak akan merusak daerah hilir dan mencegah terjadinya banjir. “UGM turut bertanggungjawab terhadap hal tersebut, harus memikirkan nasib masyarakat yang lebih luas,” terang Pratikno.
Pada tahun 2014 mendatang UGM juga akan mengembangkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kampus yang juga didukung oleh Kementrian Pekerjaan Umum dalam pembangunannya. Nantinya SPAM akan disalurkan ke beberapa titik strategis di lingkungan UGM untuk memenuhi kebutuhan air minum warga UGM.
“Berbagai perencanaan yang dibuat untuk mewujudkan kampus biru yang zero waste and emission. Untuk itu kami membutuhkan dukungan dan kerjasama dari para mitra dalam pelaksanaan pembangunannya,” jelasnya.
Rektor menegaskan bahwa pengembangan tata ruang yang dilakukan bukan hanya untuk kepentingan UGM semata, akan tetapi juga untuk masyarakat. UGM berkeinginan menjadi kampus inspirasi yang bisa menjadi rujukan kemajuan dan pembangunan berkelanjutan. “Bisa menjadi inspirasi dalam pengelolaan lahan, air, energi dan yang lainnya,” tuturnya.
Terkait dengan pengembangan Wisdom Park, Direktur Direktorat Perencanaan dan Pengembangan UGM, Muhammad Sulaiman, S.T., M.T., D.Eng., menyampaikan lembah UGM merupakan area tangkapan dan penampungan air sehingga pemanfaatannya harus memperhatikan fungsi dan kelestarian kawasan sekitar dengan tetap mengacu pada aspek-aspek tri dharma perguruan tinggi. Pembangunan taman kearifan merupakan bagian dari usaha penataan kawasan lembah UGM sebagai zona konservasi.
“Penataan kembali kawasan lembah UGM sebagai kolam retensi pengendali banjir Sungai Belik penting dilakukan untuk menurunkan debit puncak banjir di wilayah Klitren dan daerah hilir lainnya,” paparnya.
Sulaiman mengatakan meningkatnya debit banjir di Sungai Belik dikarenakan adanya perubahan tata guna lahan. Selain itu, hal tersebut disebabkan pula berubahnya fungsi utama Sungai Belik yang semula sebagai saluran irigasi menjadi saluran drainase. “Arus Sungai Belik relatif deras karena debit sungai yang tinggi dan kemiringan alur sehingga menimbulkan banjir dan longsor di sejumlah wilayah seperti Samirono, Terban, Klitren, Gondomanan, dan Golo pada musim hujan,”urainya.
Di samping menangkap air hujan dalam kolam retensi atau embung, lanjutnya, UGM juga akan memfungsikan kembali saluran drainase dari lembah UGM ke arah Jl. Prof. Johanes sisi barat, arah RS Bethesda, yang bermuara ke Sungai Code.
“Taman kearifan UGM, 70 persennya nantinya akan digunakan sebagai tempat rekreasi, olahraga, resapan air, serta ruang terbuka hijau,” imbuhnya. (Humas UGM/Ika)