Di sekolah dan kampus usaha peningkatan perilaku proposial telah banyak dilakukan seperti dengan mengadakan gerakan pramuka berdasarkan Keputusan Presiden No. 238/1961 tentang Gerakan Pramuka bagi siswa, mahasiswa, dan pemuda di Indonesia. Gerakan ini sangat positif bagi pembentukan perilaku proposial, yang praktiknya didasarkan falsafah Pancasila dan bertujuan mendidik serta membina kaum muda Indonesia dalam mengembangkan emosi dan perilaku sosial seperti kerja sama, gotong royong, dan membantu orang lain. Semua itu berguna agar mereka dapat menjadi manusia yang berkepribadian, berwatak, dan berbudi pekerti luhur.
“Selain itu bisa melalui PMR maupun Korps Suka Rela yang bisa membantu peningkatan perilaku proposial,” kata Siti Mahmudah, M.Si dalam ujian terbuka program doktor Fakultas Psikologi UGM, Kamis (2/1) di Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM.
Dalam disertasinya yang berjudul Model Yang Efektif untuk Memprediksi Perilaku Proposial Mahasiswa, Siti melakukan penelitian terhadap salah satu perguruan tinggi di Malang. Berkembangnya perilaku proposial mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Malang tersebut, selain menindaklanjuti usaha preventif yang dicanangkan pemerintah (menerapkan UUD sistim pendidikan nasional, PP, KePres tentang Gerakan Pramuka dan PMI) mahasiswa juga diwajibkan menempuh matakuliah ulul albab selama satu semester dan ditempuh pada awal semester awal yaitu semester satu.
“Matakuliah ulul albab ini menekankan pada adanya individu untuk memiliki keluasan ilmu, kedalaman spiritual, dan keagungan akhlak,” jelas dosen di Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang itu.
Menurut Siti selama ini tendensi perilaku yang tidak proposial banyak terjadi di kalangan mahasiswa, sebab pada umumnya mahasiswa hanya mengedepankan kompetensi kognitif, dan kurang membangun kompetensi intrapersonal maupun interpersonal yang sebenarnya sangat berfungsi untuk mengevaluasi diri serta menjaga hubungan yang bermakna dengan orang lain.
“Sebagai bagian kelompok intelektual dan bergabung dalam dunia kerja, mahasiswa harus mengoptimalkan kemampuan kognitif dan afektifnya,” urai Siti.
Dari penelitian yang dilakukan Siti terhadap salah satu perguruan tinggi di Malang itu terlihat bahwa perilaku proposial mereka masih tergolong rendah. Hal itu disebabkan keterbatasan sarana prasarana di kampus dan sebagian besar mahasiswa belum memperoleh praktik kerja lapangan guna mengasah perilaku proposial. Tidak hanya itu, kegiatan kurikuler pun kurang mendukung pengembangan perilaku proposial. Kegiatan ekstra kurikuler yang lebih difokuskan untuk peningkatan kepemimpinan dan pecinta alam guna pengembangan sumber daya manusia yang bersifat pribadi bahkan belum ada.
“Konsep diri, daya sepakat, empati, kedemokratisan pola asuh, dan ekstraversi secara signifikan mendukung terbentuknya perilaku proposial tersebut,” pungkas Siti. (Humas UGM/Satria)