Kompetensi membaca, menulis, dan berhitung anak pada setiap level pendidikan merupakan faktor penentu keberhasilan akademik anak. Sayangnya, kemampuan membaca, matematika, dan sains pelajar Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara lain. Menurut data The Programme for International Student Assessement (PSIA) 2009, fenomena tersebut salah satunya disebabkan lemahnya kemampuan penyelesaian soal berbentuk cerita yang membutuhkan proses pemecahan masalah kontekstual.
Data Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) yang meneliti siswa kelas IV SD menunjukkan bahwa prestasi membaca siswa Indonesia sangat rendah. Kemampuan membaca siswa Indonesia pada urutan ke-45 dari 49 negara yang diteliti. Skor Indonesia (405) berada di atas Katar (353), Maroko (323), dan Afrika Selatan (302).
“Terdapat permasalahan pada pemahaman membaca siswa SD di Indonesia. Para siswa yang mengalami persoalan pemahaman membaca juga akan bermasalah dalam mencapai prestasi matematika, termasuk dalam penyelesaian soal cerita matematika,” kata Aguswan Khotibul Umam, S.Ag., M.A., Rabu (15/1) saat melaksanakan ujian terbuka program doktor di Fakultas Psikologi UGM. Ia mempertahankan disertasi berjudul Penguasaan Kosakata dan Motivasi Membaca sebagai Mediator Pengaruh Pengajaran Membaca dan Lingkungan Literasi Keluarga terhadap Pemahaman Sosial Cerita Matematika pada Siswa Sekolah Dasar.
Staf pengajar Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Jurai Siwo Metro, Lampung ini menuturkan rendahnya kompetensi guru membaca berimplikasi pada lemahnya kualitas pengajaran membaca. Selain itu, kualitas membaca juga dipengaruhi lingkungan literasi keluarga, kurangnya penguasaan kosakata siswa, danrendahnya motivasi membaca siswa.
Hasil penelitian yang dilakukan Aguswan pada 350 pelajar SD memperlihatkan bahwa pemahaman soal cerita matematika bisa dijelaskan secara bersama-sama melalui pengajaran membaca, lingkungan literasi keluarga, penguasaan kosakata, dan motivasi membaca. Sementara pengusaaan kosakata memiliki pengaruh terkuat yakni 23,4 persen dalam membantu siswa memahami soal cerita matematika dengan benar. Sedangkan pengajaran membaca berperan sebesar 13,3 persen diikuti dengan lingkungan literasi keluarga sebanyak 0,47 persen.
Disebutkan Aguswan, penguasaan kosakata berperan sebagai mediator pengaruh pengajaran membaca dan lingkungan literasi keluarga terhadap pemahaman soal cerita matematika. Sementara itu, motivasi membaca tidak berperan sebagai mediator pengaruh pengajaran membaca dan lingkungan literasi keluarga terhadap pemahaman soal cerita.
“Faktor pengajaran membaca, lingkungan literasi keluarga, dan penguasaan kosakata dapat dipakai bahan acuan untuk optimalisasi peningkatan pemahaman soal cerita matematika pada siswa sekolah dasar,” terangnya. (Humas UGM/Ika)