Pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan resmi menerapkan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai 1 Januari 2014 lalu. Reformasi sistem pembiayaan ini menuntut adanya perubahan paradigma dan kompetensi pelayanan kesehatan bagi seluruh tenaga kesehatan, termasuk ners.
“Ners harus lebih menyiapkan diri untuk bekerja dalam sistem jaminan kesehatan yang berbasis asuransi sosial untuk melindungi kesehatan seluruh masyarakat,” kata Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Prof. Dr.dr. Teguh Aryandono, Sp.B(K)Onk., saat melantik ners baru, Rabu (22/1) di Auditorium FK UGM.
Teguh menyebutkan penerapan JKN akan menimbulkan banyak perubahan dalam sistem pembayaran pelayanan kesehatan. Hal tersebut akan mempengaruhi lingkungan dan pola kerja tenaga kesehatan,salah satunya ners.
“Selain mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan secara berkelanjutan, ners juga harus mempunyai pengetahuan asuransi sosial yang komperehensif untuk menyukseskan program JKN guna mewujudkan masyarakat yang sehat,” urainya.
Pernyataan senada disampaikan Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi DIY, Drs. Kirnantoro, SKM, M.Kes. Ia menuturkan bahwa ners seyogianya turut berperan serta dalam mensukseskan program JKN. Di samping itu, dalam bekerja selalu berpegang teguh pada kode etik keperawatan Indonesia. Pasalnya saat ini masyarakat semakin kritis dan menuntut pelayanan keperawatan berkualitas dan perawat berkompeten.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan DIY, dr. RA. Arida Oetami, M.Kes., berharap lulusan ners nantinya dapat bekerja secara profesional dalam melaksanakan dan mengelola asuhan keperawatan. Tidak hanya itu, ners juga dituntut untuk bisa berkolaborasi dengan profesi lain di bidang kesehatan.
Dalam acara ini dilantik sebanyak 60 ners baru terdiri dari 8 pria dan 52 wanita. Dengan pelantikan ners baru tersebut hingga saat ini jumlah ners yang diluluskan FK UGM sebanyak 1.362 orang. IPK profesi tertinggi dengan skor 4,00 diraih oleh empat orang yakni Chindy Octavia NJ, Amanda Kurniasih, Bayu Fandhi A, dan Novita Anggraeni. Sedangkan IPK gabungan tertinggi yaitu 3,95 diraih Listyanti Aninda. Sementara itu, tercatat sebagai lulusan termuda adalah Nandia Septiyorini yang berhasill menyelesaikan studi dalam usia 22 tahun 4 bulan 19 hari. (Humas UGM/Ika)